Daftar Cerita Legenda Rakyat

KISAH DANG GEDUNAI, NAGA LAUT DI KEPULAUAN RIAU


Benarkah “NAGA” itu pernah ada di dunia ini ?
Pertanyaan ini memang sulit untuk dijawab. Banyak yang mengatakan bahwa keberadaan naga itu hanya merupakan hasil imajinasi manusia. Adapula yang mengatakan, naga itu hanya ada dalam legenda, tidak pernah ada dalam kenyataan. Namun, tak jarang pula yang memercayai bahwa naga itu pernah ada di dunia ini. Banyak kisah-kisah legenda, gambar dan simbol di tiga benua : ASIA, AMERIKA dan EROPA yang mengisahkan bahwa NAGA pernah ada. Bahkan, selama ribuan tahun, masyarakat CINA menganggap, mereka adalah keturunan NAGA. 

Konon, anggapan ini berasal dari dongeng dan totem (binatang yang disucikan dan disembah) zaman dahulu kala. Dalam legenda itu, dikisahkan bahwa sebelum Huang Di berhasil menyatukan bagian tengah Cina, yang mempunyai totem beruang. Setelah mengalahkan Chiyou dan menyatukan Cina, Huang Di mengganti totem lama menjadi totem baru yaitu TOTEM NAGA. 
Sejak naga menjadi totem nenek moyang mereka, bangsa Cina (masyarakat Cina) pun berhubungan erat dengan naga, sehingga di kalangan masyarakat muncul banyak dongeng tentang kelahiran nenek moyang mereka. Dongeng tersebut di antaranya Yan Di, Huang Di dan Yao. Dari dongeng inilah, bangsa Cina berkeyakinan bahwa nenek moyang mereka merupakan keturunan “NAGA”. 

Naga memang makhluk yang masih misterius. Hingga kini, makhluk misterius ini hanya dapat dilihat melalui gambar, lukisan, foto-foto, maupun dalam bentuk visual. Penyimbolan terhadap naga ini hampir merata di seluruh dunia. Naga disimbolkan sebagai ular yang besar dengan wajah garang, memiliki sepasang sayap dan kaki dengan cakar-cakarnya yang tajam. Namun, di Asia dan Amerika Latin, naga disimbolkan tidak memiliki sayap. Selain simbol dalam bentuk konkret (fisik), naga juga disimbolkan dalam bentuk abstrak. Di kalangan bangsa Cina, naga dipercaya sebagai suatu simbol keberuntungan dan kebajikan. Selain itu, mereka juga meyakini bahwa naga adalah sumber kekuatan magis yang mampu mengontrol angin, hujan, dan gerak alam raya. 
Bahkan, mereka meyakini bahwa naga merupakan penghubung antara manusia dengan para dewa di surga dan neraka. Jadi, jangan heran jika naga adalah shio terkuat dan paling beruntung dalam zodiak atau astrologi Cina. Simbol-simbol yang dilekatkan pada naga tersebut menunjukkan betapa besar kekuasaan naga itu. Sampai-sampai kaisar pertama yang menyatukan daratan Cina, Chin Sin Huang Ti - Qin Shi Huang atau yang lebih dikenal dengan sebutan “Kaisar Kuning”, oleh rakyatnya diberi gelar sebagai “Sang Putra Naga”. Ia dianggap memiliki kekuatan abstrak seperti yang disimbolkan pada naga. Dengan kekuataan itu, ia mampu menaklukkan empat negara yang semuanya masuk dalam wilayah kekuasaannya. Sebagai simbol kekuasaan, singgasananya yang terbuat dari batu giok diberi profil seekor naga yang sedang mengejar bola mustika. Demikianlah, simbol-simbol tentang keberadaan dan kekuasaan naga dalam bangsa Cina.


Pertanyaannya adalah dari mana asal-mula naga itu? Apakah bangsa Cina mengetahui tentang keberadaan naga tersebut hanya melalui legenda?. 

Masyarakat Indragiri Hulu, Propinsi Riau, Indonesia, juga demikian adanya. Bahkan masyarakat Indragiri juga mengetahui tentang asal-mula naga tersebut yang dikaitkan dengan sebuah kisah rakyat yang dikenal dengan Dang Gedunai. Dalam kisah ini, dikisahkan tentang seorang anak laki-laki yang durhaka terhadap ibunya. Orang-orang di sekitarnya memanggilnya Dang Gedunai. 
* * *

Alkisah, pada zaman dahulu kala di daerah Riau tersebutlah seorang anak laki-laki yang bernama Dang Gedunai. Ia adalah anak yang keras kepala. Ia selalu mengikuti kemauannya sendiri dan tidak mau mendengarkan perkataan orang lain. 
Pada suatu hari, Dang Gedunai ikut menangguk ikan bersama orang-orang di sungai. Saat orang-orang mendapat ikan, ia justru mendapatkan sebutir telur. 
  • “Dang Gedunai! Oo... Dang Gedunai, telur apakah yang kau dapatkan itu?” tanya orang-orang mengejeknya.
  • “Telur badak”, jawab Dang Gedunai singkat. 
  • “Badak tidak bertelur, Dang Gedunai. Badak itu beranak. Satu anaknya,” kata seorang. 
  • “Hei Dang Gedunai, lebih baik jangan kau bawa telur itu,” kata orang lain menasihatinya.
  • “Tapi saya suka telur ini,” bantah Dang Gedunai sambil memeluk telur raksasa itu.
  • “Lihatlah, ukurannya besar, bentuknya juga bulat lonjong, licin, dan bersih berkilat-kilat. Kalian tidak bisa melarang aku membawa telur ini. Kalau telur ini aku tinggalkan, pasti kalian yang akan mengambilnya,” ujar Dang Gedunai. 
Setiba di rumah, Dang Gedunai disambut oleh emaknya. 
  • “Telur apakah itu, Dang Gedunai?” tanya Emak Dang Gedunai.
  • “Telur badak, Mak,” jawab Dang Gedunai. 
  • “Badak tidak bertelur, anakku. Badak itu beranak satu,” jelas Emak Gedunai. 
Karena telur raksasa itu bentuknya unik, Emak Gedunai penasaran ingin mengetahuinya. Ia pun memerhatikan telur itu dengan seksama. Tiba-tiba Emak Gedunai tersentak kaget. 
  • “Astaga, ini telur naga! Kau jangan sekali-sekali bermain-main dengan telur ini, apalagi memakannya. Kau bisa celaka, Annakku! Kembalikan telur naga itu ke sungai,” perintah Emak Gedunai.
  • “Mana mungkin naga datang ke sungai itu? Ini bukan telur naga, Mak. Saya tidak mau mengembalikan telur ini ke sungai. Saya akan memakannya,” bantah Dang Gedunai.
Ia pun menyimpan telur itu baik-baik. Setiap hari Emak Gedunai selalu memperingatkan anaknya agar tidak memakan telur itu, setiap hari pula Dang Gudanai bertekad akan menyantap telur itu suatu saat nanti. 

Suatu pagi, Emak Gedunai mengajak Dang Gedunai pergi ke ladang, tetapi Dang Gedunai menolak dengan alasan sakit. Sebenarnya ia tidak sakit, ia hanya mencari kesempatan agar bisa memakan telur tanpa diketahui emaknya. Ketika emaknya berangkat ke ladang, Dang Gedunai segera merebus telur itu dan memakannya. Ia tampak lahap sekali, sehingga telur itu habis semua ditelannya. 
  • “Mmm...enak sekali rasanya,” kata Dang Gedunai dengan perasaan puas. 
  • “Besok aku akan ke sungai mencari telur lagi,” gumam Dang Gedunai.
Beberapa saat setelah memakan telur itu, tiba-tiba Dang Gedunai merasa sangat mengantuk. Maka, ia pun merebahkan tubuhnya di balai-balai. Dalam sekejap, ia sudah tertidur pulas. Dalam tidurnya, Dang Gedunai bermimpi didatangi seekor naga betina yang sangat besar sedang mencari telurnya yang hilang di sungai. 
“Hai, Anak Muda! Kamu telah mengambil telurku di sungai dan memakannya. Siapapun yang memakan telurku, maka ia akan menjelma naga sebagai pengganti anakku”. 
Setelah mendengar suara itu, Dang Gedunai terbangun ketakutan. Tubuhnya bermandikan keringat dan tenggorokannya kering. Dia merasa sangat haus. 
Menjelang sore, Emak Dang Gedunai pulang dari ladang. Dia melihat anaknya sedang gelisah. Dang Gedunai hilir mudik ke sana ke mari mencari air. Tampaknya dia sangat kehausan. Lidahnya terjulur-julur. Semua air dalam dandang dan tempayan telah diminumnya, tetapi dia masih kehausan. Kerongkongannya bagaikan terbakar. 
  • “Tolong ambilkan air, Mak! Saya haus sekali,” pinta Dang Gedunai pada emaknya. 
  • “Apa yang terjadi denganmu, Anakku!” tanya emaknya penasaran. 
  • “Sudahlah, Mak!” Cepatlah ambilkan air, kerongkonganku terasa panas sekali,” desak Dang Gedunai kepada emaknya. 
Akhirnya emaknya sudah tahu kalau Dang Gedunai telah memakan telur naga itu. Segera diberinya segayung air kepada anaknya. Sekali teguk, air itupun langsung habis. Lalu, diberinya setempayan, habis pula ditenggak Dang Gedunai. Emaknya sudah kehabisan akal. Semua air telah habis di rumahnya. Dang Gedunai masih saja kehausan. Dia pun berlari keluar dari rumahnya dan berteriak-teriak meminta air. 
“Ambilkan saya air! Saya haus sekali!” ratap Dang Gedunai pada orang-orang yang lewat di depan rumahnya. Orang-orang membantu memberikan air yang mereka punya. 
Tapi rasa haus Dang Gedunai tak reda juga. Dang Gedunai kemudian pergi ke perigi (telaga) meminum habis airnya. Emaknya yang kebingungan lalu membawa Dang Gedunai ke danau. Kering pula air danau dihirupnya. Emaknya membawa Dang Gedunai ke sungai. Sesampai di sungai, Dang Gedunai berkata kepada emaknya, 
  • “Mak, saya akan menghiliri sungai ini hingga ke laut lepas. Saya akan menjelma menjadi naga, Dang Gedunai namanya.” Itulah kata-kata terakhir Dang Gedunai kepada emaknya. 
  • “Dang Gedunai, Anakku? Bukankah emak telah melarangmu, Nak? Kau langgar tegahanku, dan inilah akibatnya,” kata Emak Dang Gedunai meratap, menyesali perbuatan anaknya. Dang Gedunai telah hilang di laut lepas. 
Emak Dang Gedunai tak mau beranjak dari tepi laut. Dia terus menangis dan meratapi anaknya itu siang dan malam hingga airmatanya kering. Dia terus menunggu dan berharap Dang Gedunai muncul kembali. Beberapa waktu kemudian, tampak air laut bergelombang datang memecah pantai. Seekor naga muncul ke permukaan air, mengeluarkan suara yang mirip dengan suara Dang Gedunai, 
  • “Mak, saya sudah menjadi naga. Tempat tinggalku sekarang di laut. Kalau Mak rindu kepadaku, pandanglah laut lepas. Gelombang yang datang ke pantai itu adalah jejak langkahku. Jika laut tenang, berarti saya sedang tidur. Tetapi jika laut bergelombang besar, berarti saya sedang mencari makan.” 
  • Dang Gedunai, Anakku “. Mohon ampunlah pada Tuhan karena telah membantah kata-kata emakmu ini. Walaupun kau telah menjadi naga, emakmu tetap menyayangimu, Nak,” Emak Dang Gedunai berseru sambil berusaha menggapai naga itu. Namun, dalam sekejap naga itu lenyap, tinggal gelombang-gelombang kecil yang memecah pantai.
Sejak peritiwa itu, para nelayan tidak berani turun melaut jika gelombang bergulung-gulung besar, karena itu berarti Dang Gedunai sedang mencari makan. Karena tubuhnya yang besar, dia memerlukan banyak makanan dan akan melahap apa saja yang ada di laut. Jika air tenang, para nelayan dapat melaut dengan aman, dan menangkap sisa-sisa ikan yang tidak termakan oleh Dang Gedunai. 
* * *

Dalam kisah di atas, terdapat nilai-nilai moral yang patut dijadikan sebagai pedoman dalam kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai moral tersebut di antaranya sifat keras kepala dan sifat kasih sayang.
Sifat keras kepala tercermin pada sifat Dang Gedunai yang tidak mau mendengar nasihat ibunya, agar tidak memakan telur naga yang didapatnya di sungai. Karena sifat keras kepalanya itu, Dang Gedunai mendapat ganjaran atas perbuatannya yaitu menjadi seekor naga. Sifat keras kepala adalah sifat tidak mau menerima kebenaran. 
Nilai moral lain yang terkandung di dalam kisah di atas adalah sifat kasih sayang. Sifat ini tercermin pada sifat Emak Dang Gedunai yang sangat sayang terhadap Dang Gedunai, meskipun anaknya itu telah menjadi seekor naga.

* * *
ILMU PENGETAHUAN
Sudah disinggung pada pembukaan “KISAH DANG GEDUNAI, NAGA LAUT DI KEPULAUAN RIAU” ini, bahwa mitos, legenda, simbol, dan gambar/lukisan NAGA bukan hanya ada di Indonesia, tetapi di tiga benua besar (ASIA, AMERIKA dan EROPA) kecuali AFRIKA, sedangkan di benua AUSTRALIA hanya bawaan mitos, legenda, simbol, dan gambar/lukisan NAGA dari INGGRIS RAYA ( GREAT BRITAIN) di EROPA. 

Masing-masing benua dan negara mempunyai pandangan dan kisah sendiri-sendiri. Di Negara RRC yang merupakan negara ke.3 terbesar/terluas  di dunia (1. RUSIA;  2. KANADA; 3.RRC/Cina; 4. USA/Amerika Serikat; 13. NKRI/REPUBLIK INDONESIA; sumber https://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_negara_menurut_luas_wilayah) sosok NAGA merupakan sumber dan pusat kebudayaan Cina.

Naga Cina adalah mahluk legendaris dalam mitologi Cina dan kisah rakyat Cina. Naga memiliki banyak bentuk seperti binatang seperti kura-kura dan ikan, namun paling sering digambarkan seperti ular seperti empat kaki. Naga cina secara tradisional melambangkan kekuatan yang poten dan menguntungkan, terutama kontrol atas air, curah hujan, topan, dan banjir. Naga juga merupakan simbol kekuatan, kekuatan, dan keberuntungan bagi orang-orang yang layak mendapatkannya. Dengan ini, Kaisar Cina biasanya menggunakan naga sebagai simbol kekuatan dan kekuatan kekaisarannya.

Dalam bahasa sehari-hari Cina, orang-orang yang hebat dan luar biasa dibandingkan dengan seekor naga, sementara orang-orang yang tidak mampu tanpa prestasi dibandingkan dengan makhluk lain yang tidak tergolong, seperti cacing. Sejumlah peribahasa dan idiom Cina menampilkan referensi ke naga, seperti "Berharap anak laki-laki akan menjadi naga" (bahasa Cina yang disederhanakan: 望子成龙; bahasa Cina tradisional: 望子成龍; pinyin: wàng zǐ chéng lóng).

Nilai Simbolis
Secara historis, naga itu dikaitkan dengan Kaisar Cina dan menggunakan simbol untuk mewakili kekuatan kekaisaran. Pendiri Dinasti Han Liu Bang mengklaim bahwa dia dikandung setelah ibunya memimpikan seekor naga. 
Selama Dinasti Tang, Kaisar mengenakan jubah dengan motif naga sebagai simbol kekaisaran, dan pejabat tinggi juga dilengkapi dengan jubah naga. 
Dalam Dinasti Yuan, naga lima bertanduk dua bertanduk itu ditujukan untuk digunakan oleh Putra Langit atau Kaisar saja, sementara naga empat cakar itu digunakan oleh para pangeran dan bangsawan. 
Demikian pula selama Dinasti Ming dan Qin, naga lima cakar tersebut benar-benar dipesan hanya untuk digunakan oleh Kaisar. 
Naga di Dinasti Qing muncul di bendera nasional pertama Cina.
Naga kadang digunakan di Negara Barat sebagai lambang nasional Cina. Namun, penggunaan ini baik di Republik Rakyat Cina atau Republik Cina di Taiwan sebagai simbol bangsa yang tidak umum. Sebaliknya, umumnya digunakan sebagai simbol budaya. 

Naga di Dinasti Qing muncul di bendera nasional pertama Cina
Naga di Dinasti Qing muncul di bendera Nasional
Di Hong Kong, naga adalah Lambang Hong Kong pada masa penjajahan. Sekarang ini adalah bagian dari desain Brand Hong Kong, sebuah simbol yang digunakan untuk mempromosikan Hong Kong sebagai nama merek internasional.

Naga naga Cina memiliki konotasi yang sangat berbeda dengan naga Eropa - dalam budaya Eropa, naga adalah makhluk firebreathing dengan konotasi agresif, sedangkan naga Cina adalah simbol spiritual dan budaya yang mewakili kemakmuran dan keberuntungan, serta dewa hujan yang memupuk harmoni. Dilaporkan bahwa pemerintah Cina memutuskan untuk tidak menggunakan naga sebagai maskot Olimpiade Musim Panas 2008 karena konotasi agresif yang dimiliki naga di luar Cina, dan memilih lebih banyak simbol "ramah".

Terkadang orang Cina menggunakan istilah "Keturunan Naga" (bahasa Cina yang disederhanakan: 龙的传人; Cina tradisional: 龍的傳人) sebagai tanda identitas etnis, sebagai bagian dari tren yang dimulai pada tahun 1970-an ketika berbagai negara Asia mencari Simbol hewan sebagai representasi, misalnya, serigala dapat digunakan oleh orang Mongol karena dianggap sebagai leluhur legendaris mereka.

Naga itu adalah simbol kaisar Cina di banyak dinasti. Selama dinasti Qing, Naga Azure ditampilkan pada bendera nasional Cina pertama, sampai Qing ambruk. Ini ditampilkan tak lama lagi di lambang nasional Dua Belas Simbol, yang digunakan di Republik Cina, dari tahun 1913-1928.

Orang Cina kuno yang diidentifikasi sendiri sebagai "keturunan naga" karena naga Cina adalah reptil yang imajiner yang mewakili evolusi dari nenek moyang dan energi qi.  Kehadiran naga dalam budaya Cina berawal beberapa ribu tahun dengan ditemukannya patung naga yang berasal dari abad ke-5 SM dari budaya Yangshao di Henan pada tahun 1987,  dan lencana giok peringkat dalam bentuk digulung telah digali Dari budaya Hongshan sekitar tahun 4700-2900 SM.  
Beberapa artefak Naga paling awal adalah ukiran babi naga dari budaya Hongshan. Bentuk naga atau ular melingkar memainkan peran penting dalam budaya Tionghoa awal. Karakter untuk "naga" dalam tulisan Cina paling awal memiliki bentuk melingkar yang serupa, seperti yang dilakukan jimat naga giok dari periode Shang. 

Orang Cina kuno menyebut tulang dinosaurus yang digali sebagai tulang naga dan mendokumentasikannya seperti itu. Sebagai contoh, Chang Qu di 300 SM mendokumentasikan penemuan "tulang naga" di Sichuan. Kata Cina modern untuk dinosaurus adalah konglong (恐龍 / 恐龙, diterjemahkan secara harfiah sebagai "naga teror"), dan penduduk desa di Cina tengah telah lama menemukan fosil "tulang naga" untuk digunakan dalam obat-obatan tradisional, sebuah praktik yang berlanjut sampai hari ini. Nama binomial untuk berbagai dinosaurus yang ditemukan di Cina, Mei long, dalam bahasa Cina (寐 mèi dan 龙 lóng) berarti "naga tidur". Mayat fosil Mei telah ditemukan di Cina dalam bentuk tidur dan melingkar, dengan dinosaurus meringkuk moncongnya di bawah salah satu sayap depannya sambil mengitari ekornya di sekujur tubuhnya. 

Makhluk Mitos
Dari asal usulnya sebagai totem atau penggambaran makhluk alami yang bergaya, naga Cina berevolusi menjadi binatang mitos. Sarjana Dinasti Han Wang Fu mencatat mitos Cina bahwa naga panjang memiliki sembilan kemiripan anatomis.

Orang-orang melukis bentuk naga itu dengan kepala kuda dan ekor ular. Selanjutnya, ada ungkapan sebagai 'tiga sendi' dan 'sembilan kemiripan' (naga), yaitu: dari kepala ke bahu, dari bahu ke payudara, dari payudara ke ekor. Ini adalah persendian; Seperti ke sembilan kemiripannya, mereka adalah yang berikut: tanduknya menyerupai rusa jantan, kepalanya seperti unta, matanya seperti iblis, lehernya dari seekor ular, perutnya seperti kerang (shen, 蜃 ), Sisiknya dari ikan mas, cakarnya seperti elang, solnya seperti macan, telinganya dari seekor sapi. Di atas kepalanya ia memiliki sesuatu yang seperti eminensitas luas (benjolan besar), yang disebut [chimu] (尺 木). Jika naga tidak memiliki [chimu], dia tidak bisa naik ke langit.

Sumber lebih lanjut memberi daftar varian dari kesamaan sembilan binatang. Sinolog Henri Doré mencantumkan ciri-ciri naga asli ini: "tanduk rusa dari kepala seekor buaya, mata iblis, leher ular, kera kura-kura, cakar elang, telapak seekor harimau. Telinga.Dia mendengar melalui tanduknya, telinganya kehilangan semua pendengaran. "Dia mencatat bahwa," Yang lain menyatakan bahwa matanya memiliki kelinci, perut seekor katak, sisik ikan mas. " Anatomi makhluk legendaris lainnya, termasuk chimera dan manticore, juga digabungkan dengan binatang buas. 

Naga Cina dianggap secara fisik ringkas. Dari 117 sisik tersebut, 81 berasal dari esensi Yang (positif) sedangkan 36 berasal dari esensi yin (negatif). Awalnya, naga itu baik hati, bijaksana, dan adil, tapi umat Budha memperkenalkan konsep pengaruh jahat di antara beberapa naga. Sama seperti air yang hancur, kata mereka, sehingga beberapa naga bisa hancur karena banjir, gelombang pasang, dan badai. Mereka menyarankan bahwa beberapa banjir terburuk diyakini sebagai hasil dari sebuah nuansa mematikan seekor naga.

Banyak gambar naga oriental menunjukkan mutiara yang menyala di bawah dagu atau di cakar mereka. Mutiara itu dikaitkan dengan energi spiritual, kebijaksanaan, kemakmuran, kekuatan, keabadian, guntur, atau bulan. Seni Cina sering menggambarkan sepasang naga yang mengejar atau memperebutkan mutiara yang menyala. Naga naga kadang-kadang digambarkan dengan sayap seperti kelelawar yang tumbuh dari tungkai depan, namun sebagian besar tidak memiliki sayap, karena kemampuan mereka untuk terbang (dan mengendalikan hujan / air, dll.) 

Bersifat mistis dan tidak dilihat sebagai hasil fisik mereka. Atribut. Deskripsi ini sesuai dengan penggambaran artistik naga sampai sekarang. Naga itu juga telah memperoleh kekuatan supranatural yang hampir tak terbatas. Dikatakan mampu menyamarkan dirinya sebagai ulat sutera, atau menjadi sebesar seluruh alam semesta kita. Ini bisa terbang di antara awan atau bersembunyi di air (menurut Guanzi). Ini bisa membentuk awan, bisa berubah menjadi air, bisa berubah warna sebagai kemampuan untuk berbaur dengan lingkungan sekitar, sebagai bentuk penyamaran atau cahaya yang efektif dalam kegelapan (menurut Shuowen Jiezi). Di banyak negara lain, cerita rakyat berbicara tentang naga yang memiliki semua atribut dari 11 makhluk zodiak lainnya, ini termasuk kumis Tikus, wajah dan tanduk Sapi, cakar dan gigi harimau, perut dari Kelinci, tubuh Ular, kaki Kuda, jenggot kambing, kecerdasan (atau otak) si Monyet, puncak ayam jago, telinga Anjing dan moncong Babi. 

Di beberapa kalangan, dianggap sial untuk menggambarkan seekor naga yang menghadap ke bawah, karena dipandang tidak hormat untuk menempatkan seekor naga sedemikian rupa sehingga tidak dapat naik ke langit. Juga, penggambaran naga dalam tato lazim karena simbol kekuatan dan kekuatan, terutama organisasi kriminal dimana naga memegang makna semuanya sendiri. Dengan demikian, diyakini bahwa seseorang harus galak dan cukup kuat, maka mendapatkan hak untuk memakai naga di kulitnya, jangan sampai keberuntungannya dikonsumsi oleh naga.

Penguasa Cuaca dan Air
Naga Cina sangat terkait dengan air dan cuaca dalam agama populer. Mereka diyakini sebagai penguasa badan air yang bergerak, seperti air terjun, sungai, atau lautan. Dewa Naga adalah pemberi hujan dan juga representasi zoomorphic dari kuasa generasi maskulin yang tunggal. Dalam kapasitas ini sebagai penguasa air dan cuaca, naga lebih antropomorfik dalam bentuk, sering digambarkan sebagai humanoid, mengenakan kostum raja, tapi dengan kepala naga mengenakan hiasan kepala raja. 

Ada empat Raja Naga utama, yang mewakili masing-masing Laut Empat: Laut Timur (sesuai dengan Laut Cina Timur), Laut Selatan (sesuai dengan Laut Cina Selatan), Laut Barat (kadang-kadang dilihat sebagai Danau Qinghai dan sekitarnya ), Dan Laut Utara (kadang-kadang dilihat sebagai Danau Baikal). Karena asosiasi ini, mereka dipandang sebagai "bertanggung jawab" tentang fenomena cuaca terkait air. 
Pada masa pramodern, banyak desa di Cina (terutama yang dekat dengan sungai dan laut) memiliki kuil yang didedikasikan untuk "raja naga" setempat. Pada masa kekeringan atau banjir, adalah kebiasaan bagi pejabat pemerintah setempat dan pemerintah setempat untuk memimpin masyarakat dalam mempersembahkan korban dan melakukan upacara keagamaan lainnya untuk menenangkan naga, baik untuk meminta hujan atau penghentiannya. Raja Wuyue dalam periode Lima Dinasti dan Sepuluh Kerajaan sering dikenal sebagai "Raja Naga" atau "Raja Naga Laut" karena skema rekayasa yang luas yang "menjinakkan" laut.

Simbol Otoritas Kekaisaran
Menurut legenda Cina, keduanya adalah primogenator Cina, Pintu paling awal dan Kaisar Kuning (Huang Di), terkait erat dengan 'Long' (naga Cina). Pada akhir masa pemerintahannya, penguasa legendaris pertama, Kaisar Kuning, dikatakan telah diabadikan menjadi naga yang menyerupai lambangnya, dan naik ke Surga. Penguasa legendaris lainnya, Kaisar Yan, lahir oleh telepati ibunya dengan naga mitos. Karena orang Cina menganggap Kaisar Kuning dan Kaisar Yan sebagai nenek moyang mereka, mereka kadang menyebut diri mereka sebagai "keturunan naga". 

Legenda ini juga berkontribusi terhadap penggunaan naga Cina sebagai simbol kekuatan kekaisaran. Naga (biasanya dengan lima cakar di setiap kaki) adalah simbol bagi kaisar di banyak dinasti Cina. Selama dinasti Qing, naga kaisar berwarna kuning atau emas, dan selama dinasti Ming berwarna merah.  Tahta kekaisaran disebut sebagai Arasy Naga. Selama dinasti Qing, naga itu bahkan diadopsi sebagai bendera nasional. Naga dipajang di ukiran di tangga dan jalan setapak istana kekaisaran dan makam kekaisaran, seperti di Forbidden City di Beijing. Dalam beberapa legenda Cina, seorang kaisar mungkin lahir dengan tanda lahir berbentuk naga. Misalnya, satu legenda menceritakan kisah seorang petani yang lahir dengan tanda lahir naga yang akhirnya menggulingkan dinasti yang ada dan menemukan yang baru; Legenda lain mungkin menceritakan tentang sang pangeran bersembunyi dari musuh-musuhnya yang diidentifikasi oleh tanda lahir naganya. Sebaliknya, Permaisuri Cina sering dikenali dengan burung phoenix Cina.

Keyakinan Modern
Penyembahan kepada Dewa Naga dirayakan di seluruh Cina dengan pengorbanan dan prosesi selama bulan kelima dan enam, dan terutama pada tanggal ulang tahunnya hari ketiga belas bulan keenam.  Gerakan keagamaan rakyat dari asosiasi good-doing di Hebei terutama ditujukan pada seorang dewa naga generik yang ikonnya adalah sebuah tablet dengan namanya tertulis, yang telah dinamakan " movement of the Dragon Tablet".

Penggambaran Naga
Penggambaran Neolitik;
Penggambaran seperti naga atau naga telah ditemukan secara ekstensif di situs arkeologi periode neolitik di seluruh Cina. Penggambaran naga paling awal ditemukan di situs budaya Xinglongwa. Situs budaya Yangshao di Xi'an telah menghasilkan pot tanah liat dengan motif naga. Sebuah situs pemakaman Xishuipo di Puyang yang terkait dengan budaya Yangshao menunjukkan mosaik naga besar yang terbuat dari kerang kerang.  Budaya Liangzhu juga menghasilkan pola seperti naga. Situs budaya Hongshan di Mongolia saat ini menghasilkan benda naga giok dalam bentuk naga babi yang merupakan representasi 3 dimensi pertama naga Cina. Salah satu bentuk awal seperti itu adalah naga babi. Ini adalah makhluk yang melingkar dan memanjang dengan kepala menyerupai babi hutan. Karakter untuk "naga" dalam tulisan China paling awal memiliki bentuk melingkar yang serupa, seperti yang dilakukan jimat naga giok giok dari dinasti Shang.

Penggambaran Klasik;
Literatur dan mitos Cina mengacu pada banyak naga selain yang terkenal panjang. Ahli bahasa Michael Carr menganalisis lebih dari 100 nama naga kuno yang dibuktikan dalam teks klasik Tiongkok.  Banyak nama Cina berasal dari akhiran-long :
Tianlong (bahasa Cina: 天龍; pinyin: tiānlóng; Wade-Giles: t'ien-lung; secara harfiah: "naga surgawi"), naga surgawi yang menjaga istana surgawi dan menarik kereta ilahi; Juga nama rasi bintang Draco.
Shenlong (Cina: 神龍; pinyin: shénlóng; Wade-Giles: shen-lung; harfiah: "Dewa Naga"), dewa guntur yang mengendalikan cuaca, penampilan kepala manusia, tubuh naga, dan perut seperti drum.
Fucanglong (伏藏龍; pinyin: fúcánglóng; Wade-Giles: fu-ts'ang-lung; secara harfiah: " harta karun naga tersembunyi"), penjaga bawah logam mulia dan permata, yang terkait dengan gunung berapi.
Dilong (Chinese: 地龍; pinyin: dìlóng; Wade–Giles: ti-lung;  secara harfiah: "naga bumi"), pengendali sungai dan laut; Juga nama untuk cacing tanah
Yinglong (bahasa China: 應 龍; pinyin: yìnglóng; Wade-Giles: ying-lung; harfiah: "naga penanggap"), naga bersayap yang terkait dengan hujan dan banjir, digunakan oleh Kaisar Kuning untuk membunuh Chi You 
Jiaolong (bahasa China : 蛟龍; pinyin: jiāolóng; Wade-Giles: chiao-lung; secara harfiah: "naga buaya"), naga banjir atau naga air, pemimpin semua hewan air 
Panlong (bahasa China: 蟠龍; pinyin: pánlóng; Wade-Giles: p ' An-paru-paru; secara harfiah: "naga bergulung"), naga danau yang belum naik ke surga 
Huanglong (bahasa China: 黃龍; pinyin: huánglóng; Wade-Giles: huang-lung; harfiah: "naga kuning"), naga tanpa henti yang melambangkan Kaisar 
Feilong (Cina: 飛龍; pinyin: fēilóng; Wade-Giles: fei-lung; harfiah: "naga terbang"), naga bersayap yang mengendarai awan dan kabut; Juga nama untuk genus pterosaurus (bandingkan tendangan Feilong dan karakter Fei Long) 
Qinglong (bahasa China: 青龍; pinyin: qīnglóng; Wade-Giles: ch'ing-lung; secara harfiah: "Azure Dragon"), binatang yang terkait dengan Timur dalam Empat Simbol China, makhluk mitologis di rasi bintang Cina 
Qiulong (Cina: 虯 龍; pinyin: qíulóng; Wade-Giles: ch'iu-lung; secara harfiah: "naga keriting"), yang secara kontradiktif didefinisikan sebagai "naga bertanduk" dan "Naga nakal" 
Zhulong (bahasa China: 燭 龍; pinyin: zhúlóng; Wade-Giles: chu-lung; harfiah: "naga obor") atau Zhuyin (bahasa China: 燭 陰; pinyin: zhúyīn; Wade-Giles: chu-yin; Secara harfiah: "menerangi kegelapan") adalah dewa matahari merah yang sangat besar dalam mitologi Cina. Ini diduga memiliki wajah manusia dan tubuh ular, diciptakan siang dan malam dengan membuka dan menutup matanya, dan menciptakan angin musiman dengan bernafas. (Perhatikan bahwa zhulong ini berbeda dari Dragon Vermilion atau Naga Babi). 
Chilong (Cina: 螭 龍 atau 魑 龍; pinyin: chīlóng; Wade-Giles: ch'ih-lung; secara harfiah: "naga iblis"), naga tanpa hornless atau iblis gunung

Masih banyak lagi penjabaran tentang NAGA di Cina yang bisa kita cari literaturnya.

INDIA
Nāga (nāgá; Devanāgarī: नाग) adalah kata Sansekerta dan Pali untuk dewa atau kelas entitas atau berbentuk ular yang sangat hebat, khususnya kobra raja, yang ditemukan dalam agama Hinduisme, Buddhisme, dan Jainisme India. . Nga betina adalah nāgī atau nāgiṇī. 
Seekor naga serpentine umum untuk semua budaya yang dipengaruhi oleh Hinduisme. Mereka sering berkerudung seperti kobra dan mungkin memiliki beberapa kepala tergantung pangkat mereka. Mereka biasanya tidak memiliki lengan atau kaki tapi mereka yang memiliki tungkai menyerupai naga China. Naga lainnya adalah Vrtra naga ular yang dikalahkan oleh Indra si guntur dewa dan raja surga, dan ular jahat lainnya dalam pengetahuan Veda, Ahi (Azis Dahaka Zoroastrian). Naga lain yang muncul dalam mitologi India adalah - nagus Kaliya, yang dikalahkan oleh Lord Krishna. Dikatakan bahwa Krishna tidak membunuh ular itu dan meninggalkannya. Nag Kaliya dikatakan memiliki lebih dari 1000 taring. Semua referensi di atas lebih condong ke arah ular yang lebih besar, bukan naga.

Indonesia Dan Malaysia
Naga atau Nogo, berasal dari nga India, kepercayaan pada naga Indo-Melayu menyebar ke seluruh kelautan Asia Tenggara dengan Hinduisme. Kata naga masih merupakan bahasa Melayu / Indonesia yang umum untuk naga.  Seperti mitranya dari India, naga tersebut dianggap bersifat ilahi, baik hati, dan sering dikaitkan dengan gunung-gunung suci, hutan, atau bagian-bagian tertentu dari laut.

Jepang
Ryū atau Ryūjin, mirip dengan naga Cina, dengan tiga cakar bukan empat. Mereka biasanya baik hati, terkait dengan air, dan mungkin mengabulkan permintaan.
Ryūjin atau Ryōjin (龍神 "dewa naga"), yang dalam beberapa tradisi setara dengan Ōwatatsumi, adalah dewa pengampunan laut dalam mitologi Jepang. Naga Jepang ini melambangkan kekuatan samudra, memiliki mulut yang besar, dan mampu berubah menjadi bentuk manusia. Ryūjin tinggal di Ryūgū-jō, istananya di bawah laut yang dibangun dari karang merah dan putih, dari tempat ia mengendalikan arus pasang dengan permata ajaib. Penyu laut, ikan dan ubur-ubur sering digambarkan sebagai pelayan Ryūjin. Ryūjin adalah ayah dari dewi cantik Otohime yang menikahi pangeran pemburu Hoori. Kaisar Jepang yang pertama, Kaisar Jimmu, dikatakan telah menjadi cucu dari keluarga Otohime dan Hoori. Dengan demikian, Ryūjin dikatakan sebagai salah satu nenek moyang dinasti kekaisaran Jepang.

KAMBOJA (KHMER)
Neak, Naga Khmer, atau neak berasal dari nga India. Seperti mitranya dari India, neak ini sering digambarkan dengan kobra seperti karakteristik seperti tudung. Jumlah kepala bisa setinggi sembilan, semakin tinggi angka semakin tinggi rangkingnya. Naga berkepala aneh merupakan simbol energi laki-laki sementara bahkan berkepala naga melambangkan energi perempuan. Secara tradisional, neak dibedakan dari Makar dan Tao yang sering serpentine, yang sebelumnya memiliki sifat buaya dan yang terakhir memiliki sifat kucing. Seorang putri naga adalah tokoh utama mitos penciptaan Kamboja.

KOREA
Yong (Mireu) Seekor naga langit, pada dasarnya sama dengan bahasa Cina. Seperti lonceng, yong dan naga Korea lainnya terkait dengan air dan cuaca. Di Korea murni, juga dikenal sebagai 'mireu'. 
Imoogi Seekor naga samudera bertanduk, terkadang disamakan dengan seekor ular laut. Imoogi secara harfiah berarti, "Kadal Besar". Legenda Imoogi mengatakan bahwa dewa matahari memberi Imoogi kekuatan mereka melalui seorang gadis manusia, yang akan diubah menjadi Imoogi pada hari ulang tahunnya yang ke 17. Legenda juga mengatakan bahwa sebuah tanda berbentuk naga akan ditemukan di bahu gadis itu, mengungkapkan bahwa dia adalah Imoogi dalam bentuk manusia. 
Gyo, Seekor naga gunung , karakter bahasa Mandarin untuk kata ini juga digunakan untuk imoogi.

PHILIPINA  
Bakunawa, Bakunawa muncul sebagai ular raksasa yang hidup di laut. Penduduk asli kuno percaya bahwa Bakunawa menyebabkan bulan atau matahari menghilang saat terjadi gerhana. Dikatakan bahwa pada waktu-waktu tertentu dalam setahun, Bakunawa muncul dari samudra dan mulai menelan bulan secara keseluruhan. Agar Bakunawa benar-benar memakan bulan, penduduk asli akan keluar dari rumah mereka dengan panci dan wajan di tangan dan membuat serangan kebisingan untuk menakut-nakuti Bakunawa agar meludahkan bulan kembali ke langit. Ada yang mengatakan bahwa Bakunawa diketahui membunuh orang dengan membayangkan kematian dan jarak jauh dengan kontak mata.

VIETNAM  
Rồng or Long (Dinasti Ly, Daiviet X), Badan naga ini melengkung secara lincah, dalam bentuk sinus, dengan 12 bagian, melambangkan 12 bulan dalam setahun. Mereka mampu mengubah cuaca, dan bertanggung jawab untuk tanaman pangan. Di punggung naga itu sedikit, tidak terganggu, sirip biasa. Kepala memiliki surai panjang, janggut, mata menonjol, puncak di hidung, tapi tidak ada tanduk. Rahangnya besar dan terbuka, dengan lidah yang panjang dan tipis; Mereka selalu menyimpan châu (permata / permata) di mulut mereka (simbol kemanusiaan, bangsawan dan pengetahuan).

Masih ada literatur lain tentang NAGA di benua EROPA dan AMERIKA yang bisa kita telusuri, pertanyaannya apakah mungkin ada penggambaran imajinasi jika tidak ada bentuk mahluk  aslinya ? begitu banyak negara yang menggambarkan sosok NAGA dan masih dianggap sosok yang misterius. (Agatha Nicole Tjang – Ie Lien Tjang © http://agathanicole.blogspot.co.id)


Show Comments: OR

0 komentar:

Post a Comment

Teman-Teman yang berkunjung pasti komentarnya juga baik. karena kita semua manusia baik-baik. Oleh karena itu Nicole bilang Salam Komen terbaik kepada semua.
Kalau Mau Contact Nicole di :
Em@il : ieliencang@gmail.com
Phone & SMS : +6287760129111
T E R I M A K A S I H - MATUR SUKME - THANK YOU

ARTIKEL & CERITA DAN KISAH LEGENDA RAKYAT TERBARU

ARTIKEL & CERITA DAN KISAH LEGENDA RAKYAT POPULER

ADHI MEKAR INDONESIA "AMI SCHOOL" DENPASAR BARAT, BALI

 
  • AGATHA NICOLE © 2017 | Modified By YURI | Powered By BLOGGER | KEDAI LOMBOK