Lombok Island Map |
Keluargaku sebagian besar di Kota Mataram, Pulau Lombok, sepertinya tidak lengkap rasanya jika Nicole tidak tahu sejarah Pulau Lombok, dan berikut ini adalah hasil pencarianku tentang Pulau Lombok, yang mungkin juga bermanfaat bagi teman-teman semua, pencarianku tentang Legenda, Sejarah, Geografi dan Demografinya, inilah pencarianku.
Pulau Lombok adalah sebuah pulau di kepulauan Sunda Kecil atau Nusa Tenggara yang terpisahkan oleh Selat Lombok dari Bali di sebelat barat dan Selat Alas di sebelah timur dari Sumbawa. Pulau ini kurang lebih berbentuk bulat dengan semacam "ekor" di sisi barat daya yang panjangnya kurang lebih 70 km. Luas pulau ini mencapai 5.435 km², menempatkannya pada peringkat 108 daridaftar pulau berdasarkan luasnya di dunia. Kota utama di pulau ini adalah Kota Mataram.
LEGENDA CERITA RAKYAT
Pulau Lombok termasuk pulau kecil di kepulauan Nusantara, namun bagi propinsi Nusa Tenggara Barat merupakan salah satu pulau yang besar. Pulau Lombok luasnya sepertiga dari luas Pulau Sumbawa. Namun, penduduk Nusa Tenggara Barat yang berjumlah lebih dari tiga juta, dua pertiganya tinggal di Pulau Lombok. Hal ini terjadi karena Pulau Lombok lebih subur dari Pulau Sumbawa. Penduduk Pulau Lombok adalah orang Sasak. Mereka sebahagian besar pemeluk agama Islam.
Lombok dan Sasak adalah dua nama yang tidak bisa dipisahkan. Nama Lombok untuk sebutan pulaunya, nama Sasak untuk sebutan suku bangsanya.
- Lombok berasal dari bahasa Sasak; “lomboq,” artinya “lurus”.
- Sasak sebenarnya berasal dari “sak-sak” yang artinya “perahu bercadik”.
- Namun, banyak orang yang salah mengerti. Lombok diartikan “cabe” sehingga ada yang mengartikan pulau Lombok sebagai “pulau pedas”, padahal cabe dalam bahasa Sasak adalah “sebia” (dibaca “sebie”)
Nama Lombok dalam berbagai cerita lisan maupun tertulis dalam takepan lontar adalah salah satu nama dari Pulau Lombok. Nama lain yang sering disebut adalah pulau “Meneng” yang berarti “sepi”. Ada yang menyebut “Gumi Sasak”, ada yang menyebut “Gumi (bumi) Selaparang”, sesuai dengan nama salah satu kerajaan yang terkenal di Lombok pada zaman dulu, yaitu kerajaan Selaparang.
Pulau Lombok sejak zaman kerajaan Majapahit sudah terkenal. Hal ini terbukti dengan disebutnya dalam buku Negarakertagama yang ditulis oleh Empu Prapanca. Negarakertagama ditemukan juga di Lombok.
Legenda masyarakat Sasak menceritakan bahwa pada zaman dahulu kala, kerajaan Mataram Lama di Jawa Tengah dipimpin oleh seorang raja wanita bernama Pramudawardhani yang kawin dengan Rakai Pikatan. Konon sang Permaisuri adalah seorang ahli pemerintahan, sedangkan sang suami ahli peperangan. Kekuasaannya ke barat sampai ke Pulau Sumatra, ke timur sampai ke Pulau Flores. Ketika itulah banyak rakyat Mataram pergi berlayar ke arah timur melalui Laut Jawa menggunakan perahu bercadik.
Tujuan mereka berlayar tidak diketahui secara pasti. Apakah untuk memperluas kekuasaan atau menghindari kerja berat, karena pada saat itu Candi Borobudur, Candi Prambanan, dan Candi Kalasan sedang dibangun oleh sang raja. Demikianlah mereka berlayar lurus ke timur dan mendarat di sebuah pelabuhan. Pelabuhan itu diberi nama Lomboq (lurus), untuk mengenang perjalanan panjang.
Mereka lurus ke timur tersebut. Selanjutnya, Lomboq kini tidak hanya menjadi nama pelabuhan tempat perahu itu mendarat, tetapi juga menjadi nama pulau Lomboq yang kemudian berubah menjadi Lombok. Mereka berlayar menggunakan perahu bercadik yang disebut “sak-sak”, dan jadilah mereka dinamakan orang Sak-Sak Yang berarti orang yang datang menggunakan perahu. Kemudian, mereka membaur dengan penduduk asli. Pada waktu itu, di Pulau Lombok telah ada kerajaan yang disebut kerajaan Kedarao (mungkin sekarang Sembalun dan Sambelia). Mereka kemudian mendirikan kerajaan Lombok yang berpusat di Labuhan Lombok sekarang. Kerajaan Lombok menjadi besar, berkembang dalam lima abad, hingga dikenal di seluruh Nusantara, sebagai pelabuhan yang dikunjungi oleh para pedagang dari Tuban, Gresik, Makasar, Banjarmasin, Ternate, Tidore, bahkan Malaka. Jika datang ke Lombok, orang Malaka membeli beras, tarum, dan kayu sepang.
Kerajaan Lombok kemudian dikalahkan oleh kerajaan Majapahit. Raja dan permaisurinya lari ke gunung dan mendirikan kerajaan baru Yang diberi nama Watuparang yang kemudian terkenal dengan nama kerajaan Selaparang. Kapan nama Lomboq berubah menjadi Lombok, dan nama Sak-Sak berubah menjadi Sasak tidak diketahui secara pasti. Yang jelas sekarang pulaunya terkenal dengan nama Pulau Lombok dan suku bangsanya terkenal dengan nama suku Sasak. Nama Selaparang kini diabadikan menjadi nama sebuah jalan protokol dan nama sebuah lapangan terbang di Mataram dengan nama Lapangan Udara/LANUD SELAPARANG, dulu Bandara Selaparang adalah satu-satunya Bandara di Pulau Lombok, baru kemudian pada 20 Oktober 2011 Bandara Praya sebutan lain BIL (Bandar udara International Lombok) diresmikan untuk menggantikan fungsi bandara Selaprang yang saat ini lebih banyak digunakan oleh TNI-AU sebagai pangkalan udaranya di indonesia bagian tengah dan timur).
Nah itulah legendanya, dan sekarang untuk melengkapi cerita rakyat itu, ada baikknya kita tambah dengan pengetahuan sejarah, geografi dan demografi dan lainnya seputar pulau lombok.
Lombok termasuk provinsi Nusa Tenggara Barat dan pulau ini sendiri dibagi menjadi 4 kabupaten dan 1 kotamadya :
Geografi
- Kotamadya Mataram
- Kabupaten Lombok Barat
- Kabupaten Lombok Tengah
- Kabupaten Lombok Timur
- Kabupaten Lombok Utara
Selat Lombok menandai batas flora dan fauna Asia. Mulai dari pulau Lombok ke arah timur, flora dan fauna lebih menunjukkan kemiripan dengan flora dan fauna yang dijumpai di Australia daripada Asia. Ilmuwan yang pertama kali menyatakan hal ini adalah Alfred Russel Wallace, seorang Inggris di abad ke-19. Untuk menghormatinya maka batas ini disebut Garis Wallace.
Topografi pulau ini didominasi oleh gunung berapi Rinjani yang ketinggiannya mencapai 3.726 meter di atas permukaan laut dan menjadikannya yang ketiga tertinggi di Indonesia. Gunung ini terakhir meletus pada bulan Juni-Juli 1994. Pada tahun 1997 kawasan gunung dan danau Segara Anak ditengahnya dinyatakan dilindungi oleh pemerintah. Daerah selatan pulau ini sebagian besar terdiri atas tanah subur yang dimanfaatkan untuk pertanian, komoditas yang biasanya ditanam di daerah ini antara lain jagung, padi, kopi, tembakau dan kapas.
LUMBUNG PADI SUKU SASAK |
Sekitar 80% penduduk pulau ini adalah suku Sasak, sebuah suku bangsa yang masih dekat dengan suku bangsa Bali, tetapi sebagian besar memeluk agamaIslam. Sisa penduduk adalah orang Bali, Jawa, Tionghoa dan Arab.
Bahasa
Disamping bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, penduduk pulau Lombok (terutama suku Sasak), menggunakan bahasa Sasak sebagai bahasa utama dalam percakapan sehari-hari. Di seluruh Lombok sendiri bahasa Sasak dapat dijumpai dalam empat macam dialek yang berbeda yakni dialek Lombok utara , tengah, timur laut dan tenggara. Selain itu dengan banyaknya penduduk suku Bali yang berdiam di Lombok (sebagian besar berasal dari eks Kerajaan Karangasem), di beberapa tempat terutama di Lombok Barat dan Kotamadya Mataram dapat dijumpai perkampungan yang menggunakan bahasa Bali sebagai bahasa percakapan sehari-hari.
Agama
Sebagian besar penduduk pulau Lombok terutama suku Sasak menganut agama Islam. Agama kedua terbesar yang dianut di pulau ini adalah agama Hindu, yang dipeluk oleh para penduduk keturunan Bali yang berjumlah sekitar 15% dari seluruh populasi di sana. Penganut Kristen, Buddha dan agama lainnya juga dapat dijumpai, dan terutama dipeluk oleh para pendatang dari berbagai suku dan etnis yang bermukim di pulau ini. Organisasi keagamaan terbesar di Lombok adalah Nahdlatul Wathan (NW), organisasi ini juga banyak mendirikan lembaga pendidikan Islam dengan berbagai level dari tingkat terendah hingga perguruan tinggi.
Di Kabupaten Lombok Utara, tepatnya di daerah Bayan, terutama di kalangan mereka yang berusia lanjut, masih dapat dijumpai para penganut aliran Islam Wetu Telu "waktu tiga, atau tiga waktu". Tidak seperti umumnya penganut ajaran Islam yang melakukan salat lima kali dalam sehari, para penganut ajaran ini mempraktikan salat wajibhanya pada tiga waktu saja. Konon hal ini terjadi karena penyebar Islam saat itu mengajarkan Islam secara bertahap (bertransisi) dari ajaran agama Hindu yakni Puja Tri Sandhya setelah malam, Puja Tri Sandhya Siang, dan Puja Tri Sandhya menjelang malam tetapi karena suatu hal tidak sempat menyempurnakan dakwahnya sampai pada salat lima waktu, dan hal tersebut berlanjut sampai generasi kegenerasi selanjutnya sampai sekarang .
Di Cakranegara (dulu bernama kerajaan Cakranegara) Kota Mataram sekarang, dulunya ditemukan Naskah Lontar Kuno oleh Ekspedisi belanda (KNIL) kemudian diambil lalu dibawa ke Belanda, naskah lontar ini sebenarnya berada di Kerajaan Selaparang (sekarang sekitar daerah Pringgabaya, Lombok Timur), namun pada saat peperangan antara Bali dan Lombok, kerajaan Selaparang telah kalah karena diserang secara tiba-tiba, dan akhirnya semua harta benda milik kerajaan selaparang dirampas oleh pasukan Bali, sisa-sisa yang tidak terbawa kemudian dibakar. Termasuk mahkota emas Raja selaparang (Pemban Selaparang) dan naskah lontar Negara Kertagama yang sedang dipelajarai oleh para Putra dan Perwira kerajaan Selaparang. (red - oleh Lalu Zulkarnain, Sekda Kota Mataram).
Sejarah
Menurut isi Babad Lombok, kerajaan tertua yang pernah berkuasa di pulau ini bernama Kerajaan Laeq (dalam bahasa sasak laeq berarti waktu lampau), namun sumber lain yakni Babad Suwung, menyatakan bahwa kerajaan tertua yang ada di Lombok adalah Kerajaan Suwung yang dibangun dan dipimpin oleh Raja Betara Indera. Kerajaan Suwung kemudian surut dan digantikan oleh Kerajaan Lombok. Pada abad ke-9 hingga abad ke-11 berdiri Kerajaan Sasak yang kemudian dikalahkan oleh salah satu kerajaan yang berasal dari Bali pada masa itu. Beberapa kerajaan lain yang pernah berdiri di pulau Lombok antara lain Pejanggik, Langko, Bayan, Sokong Samarkaton dan Selaparang.
Kerajaan Selaparang sendiri muncul pada dua periode yakni pada abad ke-13 dan abad ke-16. Kerajaan Selaparang pertama adalah kerajaan Hindu dan kekuasaannya berakhir dengan kedatangan ekspedisi Kerajaan Majapahit pada tahun 1357. Kerajaan Selaparang kedua adalah kerajaan Islam dan kekuasaannya berakhir pada tahun 1744 setelah ditaklukkan oleh gabungan pasukan Kerajaan Karangasem dari Bali dan Arya Banjar Getas yang merupakan keluarga kerajaan yang berkhianat terhadap Selaparang karena permasalahan dengan raja Selaparang. Pendudukan Bali ini memunculkan pengaruh kultur Bali yang kuat di sisi barat Lombok, seperti pada tarian serta peninggalan bangunan (misalnya Istana Cakranegara di Ampenan). Baru pada tahun 1894 Lombok terbebas dari pengaruh Karangasem akibat campur tangan Batavia (Hindia Belanda) yang masuk karena pemberontakan orang Sasak mengundang mereka datang. Namun demikian, Lombok kemudian berada di bawah kekuasaan Hindia Belanda secara langsung.
Masuknya Jepang (1942) membuat otomatis Lombok berada di bawah kendali pemerintah pendudukan Jepang wilayah timur. Seusai Perang Dunia II Lombok sempat berada di bawah Negara Indonesia Timur, sebelum kemudian pada tahun 1950 bergabung dengan Republik Indonesia.
Pariwisata
Lombok dalam banyak hal mirip dengan Bali, dan pada dasawarsa tahun 1990-an mulai dikenal wisatawan mancanegara. Namun dengan munculnya krisis moneter yang melanda Indonesia pada akhir tahun 1997 dan krisis-krisis lain yang menyertainya, potensi pariwisata agak terlantarkan. Lalu pada awal tahun 2000terjadi kerusuhan antar-etnis dan antar agama di seluruh Lombok sehingga terjadi pengungsian besar-besaran kaum minoritas. Mereka terutama mengungsi ke pulau Bali. Namun selang beberapa lama kemudian situasi sudah menjadi kondusif dan mereka sudah kembali. Pada tahun 2007 sektor pariwisata adalah satu-satunya sektor di Lombok yang berkembang.
CIDOMO Angkutan Tradisional P. Lombok |
Destinasi objek pariwisata
Wisata Alam
- Pantai Senggigi
- Cakranegara
- Gili Air
- Gili Meno
- Gili Trawangan
- Gunung Rinjani
- Pantai Kuta, Lombok
- Sembalun
- Tetebatu
- Air Terjun Sendang Gile
- Gili Nangu
- Gili Sundak
- Gili Tangkong
- Hutan Monyet Pusuk
- Sentanu
Wisata Budaya
- Rambitan
- Sukarara
- Masjid Bayan Beleq
- Pura Suranadi
- Pura Lingsar
- Taman Narmada
- Taman Mayura
Sesenggak-Peribahasa, Seselip-Ungkapan dan Setilah-Istilah Sasak
Telah menjadi ciri hampir setiap etnis di Nusantara ini bahwa, ketika berbahasa lisan, sering disertai banyak peribahasa, ungkapan-ungkapan maupun istilah-istilah. Demikian pula halnya dengan etnis Sasak di Pulau Lombok. Orang-orang Sasak, pengguna bahasa Sasak memiliki cukup banyak sesenggak (peribahasa), ungkapan-ungkapan (seselip) dan istilah-istilah (setilah) itu. Peribahasa terkadang digunakannya dalam menyatakan maksud tertentu. Dengan pernyataan (frase), atau kalimat yang mengandung makna kiasan merupakan tradisinya.
Menyatakan suatu perubahan begitu cepat terjadi, terkadang dengan frase kiasan; “maraq kunyiq awor apuh” (bagai kunyit bercampur kapur) – langsung menjadi merah. Kunyit yang tadinya kuning dan kapur yang tadinya putih, jika dicampur dipersatukan, secara cepat akan melahirkan warna merah. Inilah kiasan dari “perubahan” yang begitu cepat dan drastis terjadi.
Menyampaikan maksud dengan menggunakan pernyataan singkat yang bermakna luas disebut ungkapan, sering kita dengar. Untuk menyatakan sifat anak cucu yang sering mengikuti sifat orangtua, tidak serta merta dinyatakan demikian. Tetapi terkadang dalam bentuk ungkapan; “mbe yaq lain aiq ngeteq” (kemana bermuaranya air mengalir) kalau tidak tentunya ke laut.
Sering pula kita dengar orang menggunakan istilah-istilah khusus yang mengandung makna tertentu dalam berkomunikasi dengan sesamanya. Kata-kata atau frase tertentu yang mengandung makna khusus itu, oleh para ahli disebut istilah (setilah).
Menyatakan seseorang yang tinggal berjauhan dengan kekasihnya misalnya. Jika dengan menggunakan istilah, maka ia akan menyatakannya dengan; “lalang segare” (berjarak laut). Itulah peribahasa (sesenggak), ungkapan (seselip) dan istilah (setilah) masyarakat suku Sasak.
Contoh sesenggak Sasak ini sebagai ilustrasi; “Adeng-adeng kuale kenaq” (biar lambat asal selamat) yang sudah harus kita kaji urgensinya. Mungkin perlu ditinggal karena kita perlu pekerjaan itu selesai dalam waktu dekat. Mungkin juga lambat tapi selamat, itu penting karena tidak harus dikejar waktu. Bagaimana mungkin, kita harus berlambat-lambat, jika yang kita kerjakan adalah, memasang peluru untuk kita tembakkan ke depan musuh yang sedang menyerang? Sebaliknya, mengapa kita harus tergesa-gesa jika kita akan melewati titian yang di bawahnya ada jurang menganga ketika kita berada di kawasan Rinjani?
Ada pula sebuah ilustrasi ungkapan (sesilip); “kelampan cupak”. Cupak dalam dunia cerita rakyat Sasak adalah, tokoh yang rakus, yang kerjanya cuma makan, cuma mau enak, cuma mau mengandalkan orang lain. Kalau “kelampan” (perjalanannya) seperti ini diikuti, rusaklah bumi ini. Justru nilai yang terkandung dalam ungkapan ini menjadi luhur ketika “orang tidak ada lagi yang berperilaku demikian”, tidak mau enak sendiri, tidak mau menang sendiri, tidak hanya mengandalkan orang lain, tetapi hendaklah;
“bareng belimas bareng begasap” (sama-sama membuang air, sama- sama menangkap ikannya). Artinya, bekerja bersama-sama untuk menikmati hasil secara bersama- sama pula.
Dari ilustrasi peribahasa, ungkapan dan istilah di atas, akan kita temui nilai-nilai yang bersifat positif. Kita dapat memilih, mana diantaranya yang mengandung nilai positif yang dapat kita gunakan sebagai pegangan warisan budaya, tidak kita tinggalkan begitu saja. Sebaliknya, jika memang ada mengandung nilai negatif, kita akan tinggalkan, ibarat kita; “teteh bangken ulah tipaq aiq kokoh belabur” (membuang bangkai ular ke air sungai yang sedang banjir), hingga akan hanyut ditelan gelombang di “segare galuh” (laut luas).
Berikut akan kita simak bersama-sama, beberapa ilustrasi sesenggak (peribahasa) sebagai bentuk rasa cinta dalam berbudaya lokal. Harapannya, jangan sampai menjadi punah. Kita dapat tularkan hingga warisan budaya ini tidak menjadi “sirna kantaning bumi” (hilang ditelan bumi). Terlebih jika kita mengacu pada keberadaan peribahasa, ungkapan dan istilah itu sebagai bentuk produk budaya Sasak di masa lalu. Banyak diantaranya yang mengandung nilai yang bersifat positif. Mari kita simak satu persatu sesenggak Sasak di bawah ini.
Dendeq Ipuh Pantok Gong -Jangan segan-segan memukul gong : Ungkapan atau peribahasa ini mengandung makna bahwa; apabila kita tidak mengetahui sesuatu, hendaknya jangan segan- segan untuk bertanya. Dalam ungkapan ini, bertanya diumpamakan sebagai orang memukul gong. Gong diibaratkan sebagai mulut. Memukul gong berarti bersuara atau bertanya.
Ungkapan ini biasanya ditujukan untuk neasihat orang yang hendak bepergian. Ini mengandung ajaran/petuah agar kita selalu bertanya apabila tidak mengetahui. Dalam pengertian yang lebih luas, kita harus belajar. Hampir sama maknanya dengan ungkpan bahasa Indonesia; malu bertanya, sesat di jalan.
Dendeq Kdek Jukung Belabuh -jangan mempermainkan perahu yang sedang berlabuh : Ungkapan ini mengandung arti, agar jangan mempermainkan keadaan (situasi) yang nampaknya sudah terang. Dalam ungkapan di atas diumpamakan, sebagai larangan untuk mempermainkan perahu yang sedang berlabuh. Sebab, mempermainkan perahu yang sedang berlabuh ada bahayanya. Bisa-bisa dengan tidak diduga datang gelombang yang bergulung dan membawa hanyut perahu tersebut.
Ungkapan ini biasanya digunakan sebagai nasihat dan petuah kepada seseorang yang suka usil, sewot dan suka ngerumpi. la juga mengandung ajaran, agar kita jangan suka usil dengan era berbuat sesuatu yang bisa memancing-mancing, sehingga bisa timbul kekisruhan dalam keadaan dan situasi yang sudah tenang.
Lolon Kayuq Pastine Tebabar Isiq Angin -Setiap pohon kayu pasti dilanda angin : Ungkapan ini lagi- lagi mengandung makna bahwa, setiap orang pasti mengalami cobaan dalam hidupnya. Dalam ungkapan ini diumpamakan sebagai pohon kayu yang pasti dilanda angin. Bahkan tidak sekedar angin, mungkin hujan dan badai.
Ungkapan ini digunakan sebagai nasihat atau saran, petuah dari orang tua kepada anak muda yang tampaknya cepat mengalami kesulitan. Ungkapan ini juga jelas mengandung ajaran agar kita tabah dalam menghadapi segala cobaan.Untuk itu perlu tawakkal kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Manis-manis Buaq Ara, Peris- peris Rasan Nasi -manis-manis rasan buaq ara, masam-masam rasan nasi : Ungkapan atau sesenggak ini mengandung makna bahwa, lebih baik memakan makanan yang sederhana, asal semuanya dari hasil keringat sendiri, dari pada memakan makanan yang enak dan lezat, namun disertai penghinaan.
Dalam ungkapan ini, dikatakan ‘manis-manis buaq ara’.
Sebenarnya buah ara itu rasanya kecut, tetapi akan terasa manis dibandingkan dengan rasa nasi yang sebenarnya enak, tapi disuguhkan dengan cara yang disertai umpatan dan penghinaan. Sesenggak Sasak yang satu ini biasanya diucapkan oleh orang yang sedang menderita atau miskin, malah diberikan dengan mendapatkan penghinaan.