Daftar Cerita Legenda Rakyat

ANAK YATIM LA MOELU

La Moelu adalah seorang anak laki-laki miskin yang masih berumur belasan tahun. Ia tinggal bersama ayahnya yang sudah tua renta di sebuah dusun di daerah Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara, Indonesia. Berkat kerja keras, kesabaran, dan ketekunannya, La Moelu menjadi seorang yang kaya raya.
∞∞∞


Alkisah, di sebuah dusun di daerah Sulawesi Tenggara, hiduplah seorang anak laki-laki yatim bernama La Moelu yang masih berusia belasan tahun. Ibunya meninggal dunia sejak ia masih bayi. Kini, ia tinggal bersama ayahnya yang sudah sangat tua dan tidak mampu lagi mencari nafkah. Jangankan bekerja, berjalan pun harus dibantu dengan sebuah tongkat. Untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, La Moelu-lah yang harus bekerja keras. Karena masih anak-anak, satu-satunya pekerjaan yang dapat dilakukannya adalah memancing ikan di sungai yang terletak tidak jauh dari tempat tinggalnya. 

Pada suatu hari, La Moelu pergi memancing ikan di sungai. Hari itu, ia membawa umpan dari cacing tanah yang cukup banyak dengan harapan dapat memperoleh ikan yang banyak pula. Saat ia tiba di tepi sungai itu, tampaklah kawanan ikan muncul di permukaan air. Ia pun semakin tidak sabar ingin segera menangkap ikan-ikan tersebut. Dengan penuh semangat, ia segera memasang umpan pada mata kailnya lalu melemparkannya ke tengah-tengah kawanan ikan itu. Setelah itu, ia duduk menunggu sambil bersiul-siul. Anehnya, sudah cukup lama ia menunggu, namun tak seekor ikan pun yang menyentuh umpannya.
  • “Hei, ke mana perginya kawanan ikan itu? Padahal tadi aku melihat mereka bermunculan di permukaan air,” gumam La Moelu heran.
Hari semakin siang. La Moelu belum juga memperoleh seekor ikan pun. Mulanya, ia berniat untuk berhenti memancing. Namun karena penasaran terhadap kawanan ikan tersebut, akhirnya ia pun memutuskan untuk meneruskannya.
  • “Ah, aku tidak boleh putus asa! Barangkali saja ikan-ikan tersebut belum menemukan umpanku,” pikirnya.
Alhasil, beberapa saat kemudian, tiba-tiba kailnya bergetar. Dengan penuh hati-hati, ia menarik kailnya ke tepi sungai secara perlahan-lahan. Ketika kailnya terangkat, tampaklah seekor ikan kecil yang mungil terkait di ujung kailnya. Meski hanya memperoleh ikan kecil, hati La Moelu tetap senang karena bentuk ikan itu sangat indah. Akhirnya, ia pun membawa pulang ikan itu untuk ditunjukkan kepada Ayahnya. Sesampainya di rumah, ayahnya pun merasa senang melihat ikan itu.
  • “Ikan apa yang kamu bawa itu, Anakku? Indah sekali bentuknya,” ucap ayahnya dengan perasaan kagum.
  • “Entahlah, Ayah!” jawab La Moelu.
  • “Sebaiknya ikan ini diapakan, Ayah?” tanya La Moelu.
  • “Sebaiknya kamu pelihara saja ikan itu, Anakku! Kalaupun pun dimasak pasti tidak cukup untuk kita makan berdua,” ujar sang Ayah.
Orang tua renta itu kemudian menyuruh La Moelu agar menyimpan ikan itu ke dalam kembok yang berisi air. La Moelu pun menuruti petunjuk ayahnya. 

Keesokan harinya, betapa terkejutnya La Moelu saat melihat ikan itu sudah sebesar kembok. Ayahnya pun terperanjat saat melihat kejadian aneh itu.
  • “Pindahkan segera ikan itu ke dalam lesung!” perintah sang Ayah.
Mendengar perintah itu, La Moelu pun segera mengisi lesung itu dengan air, lalu memasukkan ikan tersebut ke dalamnya. Keesokan harinya, kejadian aneh itu terulang lagi. Ikan itu sudah sebesar lesung. Sang Ayah pun segera menyuruh La Moelu agar memindahkan ikan itu ke dalam guci besar. Pada hari berikutnya, ikan itu berubah menjadi sebesar guci. La Moelu pun mulai kebingungan mencari wadah untuk menyimpan ikan itu.
  • “Di mana lagi kita akan menyimpan ikan ini, Ayah?” tanya La Moelu bingung.
Sang Ayah pun menyuruh La Moelu agar memasukkan ikan itu ke dalam drum yang berada di samping rumah mereka. La Moelu segera memasukkan ikan itu ke dalam drum tersebut. Keesokan harinya, ikan itu sudah sebesar drum. Ayah dan anak itu semakin bingung, karena mereka tidak memiliki lagi wadah yang bisa menampung ikan itu. Akhirnya, sang Ayah menyuruh La Moelu membawa ikan itu ke laut.

La Moelu pun membawa ikan itu ke laut. Sebelum melepas ikan itu ke laut, terlebih dahulu ia memberi nama ikan itu dan berpesan kepadanya.
  • “Hai, Ikan! Aku memberimu nama Jinnande Teremombonga. Jika aku memanggil nama itu, segeralah kamu datang ke tepi laut, karena aku akan memberimu makan!” ujar La Moelu.
Ikan itu pun mengibas-ngibaskan ekornya pertanda setuju. Setelah itu, La Moelu pun melepasnya. Ikan itu tampak senang dan gembira karena bisa berenang dengan bebas di samudera luas.

Keesokan harinya, pagi-pagi sekali, La Moelu kembali ke laut untuk memberi makan ikan itu. Sesampainya di tepi laut, ia pun segera berteriak memanggil ikan itu.
  • “Jinnande Teremombonga...!!!”
Tak berapa lama, Jinnande Teremombonga pun datang menghampirinya. Setelah makan, ikan itu
kembali ke laut lepas. Demikianlah kegiatan La Moelu setiap pagi.

Pada suatu pagi, ketika La Moelu sedang memberi makan Jinnande Teremombonga, ada tiga orang
pemuda sedang mengintainya dari atas pohon yang rimbun. Mereka adalah keluarga yang juga tetangga La Moelu. Ketika melihat seekor ikan raksasa mendekati La Moelu, ketiga pemuda itu tersentak kaget. Melihat hal itu, maka timbullah niat jahat mereka ingin menangkap ikan itu.
  • “Kawan-kawan! Ayo kita tangkap ikan itu!” seru salah seorang dari mereka.
  • “Tunggu dulu! Kita jangan gegabah! Kita tunggu sampai La Moelu pulang, setelah itu barulah kita menangkap ikan itu,” cegah seorang pemuda yang lain.
Setelah La Moelu kembali ke rumahnya, ketiga pemuda itu segera turun dari pohon lalu berjalan menuju ke tepi laut. Sesampainya di tepi laut, salah seorang di antara mereka maju beberapa langkah lalu berteriak memanggil ikan itu.
  • “Jinnande Teremombonga...!!!”
Dalam sekejap, Jinnande Teremombonga pun datang ke tepi laut. Namun, saat melihat orang yang berteriak memanggilnya itu bukan tuannya, ikan itu segera kembali berenang ke tengah laut.
  • “Hai, kenapa ikan itu pergi lagi?” tanya pemuda yang berteriak tadi.
  • “Ah, barangkali dia takut melihat kamu. Mundurlah! Biar aku yang mencoba memanggilnya,” kata pemuda yang lainnya seraya maju ke tepi laut.
Tidak berapa lama setelah pemuda itu berteriak memanggilnya, Jinnande Teremombonga datang lagi. Ketika melihat wajah orang yang memanggilnya tidak sama dengan wajah tuannya, ia pun segera kembali ke tengah laut. Ketiga pemuda itu mulai kesal melihat perilaku ikan itu. Mereka pun bingung untuk bisa menangkap ikan itu.

Setelah berembuk, ketiga pemuda tersebut menemukan satu cara, yakni salah seorang dari mereka akan berteriak memanggil ikan itu, sementara dua orang lainnya akan menombaknya. Ternyata rencana mereka berhasil. Pada saat ikan itu datang ke tepi laut, kedua pemuda yang sudah bersiap-siap segera menombaknya. Ikan itu pun mati seketika. Mereka memotong-motong daging ikan itu lalu membagi-baginya. Setiap orang mendapat bagian satu pikul. 

Setelah itu, mereka membawa pulang bagian masing-masing. Betapa senangnya hati keluarga mereka saat melihat daging ikan sebanyak itu. Keesokan harinya, La Moelu kembali ke laut untuk memberi makan ikan kesayangannya itu. Sesampainya di tepi laut, ia pun segera berteriak memanggilnya.
  • “Jinnande Teremombonga..!!!”
Sudah cukup lama La Moelu menunggu, namun ikan itu belum juga muncul. Berkali-kali ia berteriak memanggil dengan suara yang lebih keras, tapi ikan itu tak kunjung datang ke tepi laut. La Moelu pun mulai cemas kalau-kalau terjadi sesuatu dengan Jinnande Teremombonga.
  • “Ke mana perginya Jinnande Teremombonga? Biasanya, aku hanya sekali memanggil dia sudah datang. Tapi kali ini, aku sudah berkali-kali memanggilnya, dia belum juga muncul. Apakah ada orang yang telah menangkapnya?” gumam La Moelu.
Hingga hari menjelang siang, ikan itu tak kunjung datang. Akhirnya, La Moelu pun kembali ke rumahnya dengan perasaan kesal dan sedih. Dalam perjalanan pulang, ia selalu memikirkan nasib ikan kesayangangnya itu. Sesampainya di rumah, ia pun menceritakan hal itu kepada ayahnya. Namun, sang Ayah tidak bisa berbuat apa-apa, kecuali hanya menasehatinya.
  • “Sudahlah, Anakku! Barangkali ikan itu pergi mencari teman-temannya ke tengah samudra sana,” ujar ayahnya.
Pada malam harinya, La Moelu berkunjung ke rumah salah seorang pemuda yang telah mencuri ikannya. Kebetulan pada saat itu, pemuda itu sedang makan bersama keluarganya. Saat melihat lauk yang mereka makan dari daging ikan besar, tiba-tiba La Moelu teringat pada Jinannande Teremombonga.
  • “Wah, jangan-jangan ikan yang mereka makan itu si Jinnande Teremombonge,” pikirnya.
La Moelu pun menanyakan dari mana mereka memperoleh ikan itu. Mulanya, pemuda itu enggan untuk memberitahukannya, namun setelah didesak oleh La Moelu akhirnya ia pun menceritakan semuanya.
  • “Tadi pagi aku menangkapnya di tepi laut. Memangnya kenapa, hai anak yatim? Apakah kamu ingin juga menikmati kelezatan ikan ini?” tanya pemuda itu dengan nada mengejek.
Betapa sedihnya hati La Moelu setelah mendengar kisah pemuda itu. Ternyata dugaannya benar bahwa lauk yang mereka makan itu adalah daging Jinnande Teremombonga. Hati La Moelu bertambah sedih ketika pemuda itu menawarkan daging ikan itu kepadanya, namun yang diberikan kepadanya ternyata hanya daun pepaya. Meski diperlakukan demikian, La Moelu tidak merasa dendam kepada pemuda itu.

Ketika hendak pulang ke rumahnya, La Moelu memungut tulang ikan yang dibuang oleh pemuda itu. Ketika sampai di depan rumahnya, ia mengubur tulang ikan itu agar dapat mengenang Jinnande Teremombonga, ikan kesayangannya. Keesokan harinya, La Moelu dikejutkan oleh sesuatu yang aneh terjadi pada kuburan itu, di atasnya tumbuh sebuah tanaman. Anehnya lagi, tanaman itu berbatang emas, berdaun perak, berbunga intan, dan berbuah berlian. Ia pun segera memberitahukan peristiwa aneh itu kepada ayahnya.
  • ‘Ayah! Coba lihat tanaman ajaib di depan rumah kita!” ajak La Moelu.
Ayah La Moelu pun segera keluar dari rumah sambil berjalan sempoyongan. Alangkah terkejutnya ketika si tua renta itu melihat tanaman ajaib itu.
  • “Hai, Anakku! Bagaimana tanaman ajaib ini bisa tumbuh di sini?” tanya ayah La Moelu dengan heran.
La Moelu pun menceritakan semua sehingga tanaman ajaib itu tumbuh di depan rumah mereka. Ayah La Moelu pun menyadari bahwa itu semua adalah berkat dari Tuhan Yang Mahakuasa yang diberikan kepada mereka. Akhirnya, mereka pun membiarkan tanaman itu tumbuh menjadi besar. 

Para penduduk yang mengetahui keberadaan tanaman ajaib itu silih berganti berdatangan ingin menyaksikannya. Semakin hari, tanaman itu semakin besar. La Moelu pun mulai menjual ranting, daun, bunga, dan buahnya sedikit demi sedikit. Uang hasil penjualannya kemudian ia tabung. Lama kelamaan La Moelu pun menjadi seorang kaya raya yang pemurah di kampungnya. Ia senantiasa membantu para penduduk yang miskin, termasuk ketiga pemuda yang pernah menangkap ikan kesayangannya. Tak heran, jika seluruh penduduk di kampung itu sangat hormat dan sayang kepada La Moelu. La Moelu pun hidup sejahtera dan bahagia bersama ayahnya.

*****
Demikian kisah Anak Yatim La Moelu dari daerah Muna, Sulawesi Tenggara, Indonesia. Kisah ini termasuk kategori dongeng yang mengandung pesan-pesan moral yang dapat dijadikan pedoman dalam kehidupan sehari-hari. Sedikitnya ada tiga pesan moral yang dapat dipetik dari kisah di atas, yaitu keutamaan sifat kasih sayang antara sesama makhluk, sifat tidak pendendam, dan buah dari sifat murah hati.
Pertama, keutamaan sifat kasih sayang antara sesama makhluk. Sifat ini ditunjukkan oleh perilaku La Moelu yang sangat sayang kepada Jinnande Teremombonga dengan memberinya makan setiap hari. Orang yang suka berkasih sayang akan dimudahkan hidupnya oleh Tuhan Yang Mahakuasa.
Kedua, keutamaan sifat tidak pendendam. Sifat ini ditunjukkan oleh perilaku La Moelu. Meskipun telah menjadi orang kaya raya, ia tidak pernah sakit hati dan dendam kepada ketiga pemuda yang telah menangkap ikannya.
Ketiga, buah dari sifat murah hati. Sifat ini ditunjukkan oleh perilaku La Moelu. Ia senantiasa membantu orang-orang miskin di sekitarnya, termasuk ketiga pemuda yang telah menangkap ikannya. Buah dari sifat pemurahnya, La Moelu pun disegani dan dihormati oleh semua orang. 

Agatha Nicole Tjang – Ie Lien Tjang © http://agathanicole.blogspot.co.id


BERSAHABAT DENGAN AGATHA NICOLE TJANG - IE LIEN TJANG

Show Comments: OR

0 komentar:

Post a Comment

Teman-Teman yang berkunjung pasti komentarnya juga baik. karena kita semua manusia baik-baik. Oleh karena itu Nicole bilang Salam Komen terbaik kepada semua.
Kalau Mau Contact Nicole di :
Em@il : ieliencang@gmail.com
Phone & SMS : +6287760129111
T E R I M A K A S I H - MATUR SUKME - THANK YOU

ARTIKEL & CERITA DAN KISAH LEGENDA RAKYAT TERBARU

  • NAMA MARGA KETURUNAN CINA DI INDONESIA DAN DUNIA
    Nama Marga Keturunan Cina adalah nama yang diekspresikan dengan karakter Han (Hanzi). Nama ini digunakan secara luas oleh warga negara Republik Rakyat Tiongkok, Republik Tiongkok, Hong Kong, Makau dan keturunan Cina di negara-negara lainnya. Nama Cina biasanya terdiri dari 2 karakter sampai 4 karakter, walaupun ada yang lebih dari 4 karakter, namun umumnya nama seperti itu adalah mengambil...
    Dec-21 - 2017 | 4 Comments | More »
  • PENGGEMBALA SAPI TUA dan TONGKAT AJAIB
    Seperti negara kita tercinta Indonesia, negara-negara lain pun mempunyai cerita-cerita legenda rakyat (folklore) yang menarik dan sarat akan makna dan pesan moral bagi kita. Negeri Tirai Bambu Tiongkok atau China juga memiliki beberapa cerita legenda rakyat salah satunya adalah KISAH PENGGEMBALA SAPI TUA DAN TONGKAT AJAIB. Dahulu kala, ada sebuah danau yang sangat jernih di Yunnan, China....
    Dec-21 - 2017 | No Comments | More »
  • ASAL MULA SELAT BALI
    Selat Bali adalah selat yang memisahkan antara Pulau Jawa dengan Pulau Bali. Untuk menyeberang dari Pulau Jawa ke Pulau Bali melalui Selat Bali ini, yang dihubungkan dengan layanan kapal ferry dengan Pelabuhan Gilimanuk di Pulau Bali dan Pelabuhan Ketapang di Banyuwangi - Pulau Jawa. Alkisah, di Kerajaan Daha, Kediri, Jawa Timur, hiduplah seorang Brahamana (pendeta) yang bernama Empu...
    Dec-21 - 2017 | No Comments | More »
  • ASAL MUASAL UPACARA NANGLUK MERANA (MEMBASMI HAMA) KABUPATEN KARANGASEM
    Di Pulau Bali yang merupakan Pulau Dewata, terdapat tiga putra Batara Siwa yaitu Batara Gunung Agung, Batara Andakasa dan Batara Batur. Batara Batur setiap ada hama merusak tanamannya agar segera meminta maaf kepada Batara Gunung Agung dan Batara Andakasa ke laut. Di samping itu, Batara Batur juga diharapkan agar setiap tahun memohon maaf ke sana dengan melakukan upacara yang disebut...
    Dec-19 - 2017 | No Comments | More »
  • KISAH PUTRI CILINAYA
    Putri Cilinaya adalah seorang putri raja Kerajaan Daha yang mengingkari NAZAR-nya (Janji Suci Pada Tuhan Yang Maha Esa). Karena pengingkarannya itu sang putri diterbangkan oleh angin dan menjatuhkannya pada sebuah tempat, dimana tempat itu didiami oleh sepasang suami-istri yang kemudian memberi nama sang bayi putri tersebut dengan nama Cilinaya.  Alkisah pada zaman dahulu, tersebut...
    Dec-19 - 2017 | No Comments | More »
  • DONGENG KISAH BATU GOLOQ DI PULAU LOMBOK
    Batu Goloq adalah sejenis batu ceper yang terdapat di sebuah daerah di Provinsi Nusa Tenggara Barat, Indonesia. Batu ini diyakini oleh masyarakat setempat sebagai penyebab munculnya tiga nama tempat di daerah Nusa Tenggara Barat, yakni Desa Gembong, Dasan Batu, dan Montong Teker. Alkisah, di daerah Padamara dekat Sungai Sawing, Nusa Tenggara Barat, Indonesia, ada sepasang suami-istri...
    Dec-19 - 2017 | No Comments | More »
  • KISAH WINANGSIA, PUTRI RATNA AYU WIDERADIN YANG DISIA-SIAKAN
    Pada jaman dahulu kala, di pulau lombok Nusa Tenggara Barat, berdiri sebuah kerajaan yang dipimpin oleh Raja Indrapandita. Raja itu memiliki sembilan putri yang cantik-cantik. Putri sulungnya bernama Denda Wingi, sedangkan si bungsu bernama Ratna Ayu Wideradin. Dari kesembilan putri raja tersebut, si bungsulah yang paling cantik dan mempesona. Maka, tidak mengherankan jika si bungsu menjadi...
    Dec-15 - 2017 | 1 Comment | More »

ARTIKEL & CERITA DAN KISAH LEGENDA RAKYAT POPULER

  • KISAH SI MISKIN YANG SERAKAH
    12.08.2017 - 0 Comments
    Hidup dalam kemiskinan itu sangat sulit untuk dijalani, karena banyaknya keinginan-keinginan yang tidak mampu dicapai. Apa sebenarnya kemiskinan itu? Hampir semua manusia di dunia ini mempunyai definisi yang sama tentang pengertian kemiskinan. Banyak orang yang menilai bahwa kemiskinan adalah sedikitnya harta yang dimiliki. Tidak jarang pula mendefinisikan kemiskinan itu ialah tidak…
  • KISAH TAN BUN ANN 谭邦安 – ASAL MULA PULAU KEMARO
    27.08.2017 - 0 Comments
    Pulau Kemaro, merupakan sebuah Delta kecil di  Sungai Musi, terletak sekitar 6 km dari Jembatan Ampera. Pulau Kemaro terletak di daerah industri,yaitu di antara Pabrik Pupuk Sriwijaya dan Pertamina Plaju dan Sungai Gerong. Pulau kemaro berjarak sekitar 40 km dari kota Palembang. Pulau Kemaro adalah tempat rekreasi yg terkenal di Sungai Musi. Di tempat ini terdapat sebuah Vihara Buddha…
  • LEGENDA KAWAH SIKIDANG
    25.09.2017 - 0 Comments
    Di sejumlah desa di Dataran Tinggi Dieng, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, banyak anak asli Dieng yang memiliki rambut gembel atau gimbal. Oleh karena itu, anak-anak tersebut biasa dipanggil sebagai anak gembel. Rambut gimbal itu terjadi ketika mereka berumur 40 hari sampai sekitar enam tahun yang diawali dengan gejala demam yang sangat tinggi dan suka mengigau saat tidur. Uniknya, rambut…
  • KISAH PETUALANGAN 4 KAPITEN MALUKU
    29.11.2017 - 0 Comments
    4 Kapiten Maluku adalah empat bersaudara yang merupakan pemimpin Negeri Nusa Ina di Pulau Seram, Maluku. Keempat kapiten tersebut memiliki kegemaran berpetualang ke daerah-daerah pelosok untuk membuka daerah baru. Suatu hari, mereka berpetualang menyusuri Sungai Tala yang kaya akan sumber alamnya. Namun, petualangan mereka kali ini amat berat dan membutuhkan perjuangan keras karena Sungai Tala…
  • KISAH CINTA PUTRI RAINUN DAN RAJO MUDO
    09.09.2017 - 0 Comments
    Putri Rainun dan Rajo Mudo adalah sepasang kekasih dari tanah Jambi. Pasangan ini memang sangat serasi. Putri Rainum memiliki paras yang cantik jelita dan berbudi luhur. Demikian pula Rajo Mudo yang berwajah tampan dan cerdas. Hanya saja, perbedaan keturunan menjadi halangan di antara mereka. Putri Rainum keturunan bangsawan yang kaya-raya, sedangkan Rajo Mudo berasal dari kalangan rakyat…

ADHI MEKAR INDONESIA "AMI SCHOOL" DENPASAR BARAT, BALI

 
  • AGATHA NICOLE © 2017 | Modified By YURI | Powered By BLOGGER | KEDAI LOMBOK