Daftar Cerita Legenda Rakyat

CERITA BATU BALAI

Batu Balai adalah sebuah batu besar yang menyerupai kapal yang terletak sekitar 3,5 kilometer sebelah utara Mentok, Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Bangka-Belitung, Indonesia. Batu berukuran ukuran 8 x 6 dan tinggi 5 meter ini sangat melegenda di kalangan masyarakat setempat. Menurut cerita, keberadaan Batu Balai ini disebabkan oleh sebuah peristiwa mengerikan yang pernah terjadi di daerah perairan Mentok. 

* * *

Alkisah, di sebuah hutan di daerah Mentok, Bangka-Belitung, hiduplah seorang janda miskin. Ia tinggal di sebuah gubuk reot bersama anak laki-lakinya yang bernama Dempu Awang. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya, mereka menanam ubi, keladi, dan sayur-sayuran di ladang. Hasil yang mereka peroleh hanya cukup untuk dimakan sehari-hari, dan terkadang kurang. Begitulah kehidupan Dempu Awang dan ibunya setiap hari. Lama kelamaan, Dempu Awang pun semakin jenuh dan sering bermalas-malasan pergi ke ladang.

Suatu hari, Dempu Awang duduk termenung seorang diri di depan gubuknya memikirkan nasibnya. Di tengah-tengah lamunannya itu, tiba-tiba muncul keinginannya untuk merantau mencari pekerjaan yang lebih baik. 
“Jika aku pergi merantau, bagaimana dengan ibuku? Ia akan tinggal sendirian di sini dan tak ada lagi yang membantunya bekerja di ladang,” pikirnya.
Setelah mempertimbangkan masak-masak, akhirnya Dempu Awang memberanikan diri untuk menyampaikan niat itu kepada ibunya.
  • “Bu, bolehkah Dempu mengatakan sesuatu?” tanya Dempu. 
  • “Apakah itu, Anakku? Katakanlah!” jawab ibunya. 
  • “Dempu ingin merantau ke negeri seberang, Bu! Jika begini terus, kapan hidup kita bisa memiliki kehidupan yang lebih baik,” ungkap Dempu Awang.
Mendengar ungkapan itu, ibu Dempu menjadi bingung. Di satu sisi, ia merasa bahwa apa yang dikatakan anaknya itu benar. Namun di sisi lain, ia tidak ingin berpisah dengan anak semata wayangnya itu. 
  • “Anakku, Ibu semakin tua. Jika kamu pergi, siapa yang akan mengurus Ibu, Nak?” kata ibu Dempu. 
  • “Bu, Dempu pergi tidak akan lama. Jika sudah berhasil, Dempu akan segera kembali menemui Ibu,” bujuk Dempu. 
Setelah berkali-kali didesak, akhirnya ibu Dempu Awang mengizinkan Dempu Awang merantau, walaupun dengan perasaan berat hati. 
  • “Baiklah, Anakku! Jika itu sudah menjadi tekadmu, Ibu mengizinkanmu pergi. Tapi, jangan lupa segera kembali jika sudah berhasil,” kata ibu Dempu. 
  • “Terima kasih, Bu! Dempu berjanji tidak akan melupakan Ibu,” ucap Dempu Awang dengan perasaan gembira. 
  • “Bagaimana caramu merantau, Anakku? Bukankah kita tidak mempunyai uang untuk membayar ongkos naik kapal?” tanya ibunya bingung. 
  • “Tenang, Bu! Dempu sudah memikirkan semua itu sebelumnya. Untuk membayar ongkos naik kapal, Dempu bersedia menjadi anak buah kapal,” jawab Dempu sambil tersenyum. 
Keesokan harinya, Dempu Awang pergi ke pelabuhan untuk melihat apakah ada kapal yang sedang berlabuh. Pada hari itu, kebetulan sebuah kapal besar sedang berlabuh. Dempu Awang pun segera menemui si pemilik kapal.
“Permisi, Tuan! Saya ingin merantau ke negeri seberang untuk memperbaiki nasib keluarga saya. Saya ingin menumpang di kapal Tuan, tapi saya tidak mempunyai uang. Berilah saya pekerjaan untuk membayar ongkos kapal!” pinta Dempu Awang mengimba. 
Lantaran iba, pemilik kapal itu pun bersedia mengangkat Dempu Awang menjadi anak buah kapal. 
“Baiklah, Dempu! Besok pagi saya tunggu kamu di sini. Kita akan berangkat berlayar bersama-sama menuju negeri seberang,” kata pemilik kapal. 
Setelah mendapat izin dari pemilik kapal, Dempu Awang segera menyampaikan berita gembira itu kepada ibunya. Mendengar berita gembira itu, hati ibunya senang bercampur sedih, karena ia benar-benar akan berpisah dengan anak kesayangannya. Keesokan harinya, pagi-pagi sekali ibu Dempu mempersiapkan bekal makanan dan pakaian seadanya untuk Dempu selama di perjalanan. Setelah semuanya siap, berangkatlah Dempu ke pelabuhan bersama ibunya. Sesampainya di pelabuhan, kapal yang akan ditumpangi Dempu sudah bersiap-siap untuk berangkat.
“Dempu...! Cepatlah naik ke kapal! Kita segera berangkat!” seru si pemilik kapal dari atas anjungan.
“Iya, Tuan!” jawab Dempu.
Dempu Awang pun berpamitan kepada ibunya. Ia memeluk ibunya dengan erat, sang Ibu pun membalas pelukan anaknya sambil meneteskan air mata. Sejenak, suasana menjadi haru. Perasaan sedih menyelemuti hati keduanya. 
“Berangkatlah, Anakku! Ibu doakan semoga kamu berhasil dan jangan lupa cepat kembali!” pesan ibunya. ”Iya, Bu! Dempu akan selalu ingat pesan Ibu. Jaga diri Ibu baik-baik!” kata Dempu.
Usai mencium tangan ibunya, Dempu Awang segera berlari naik ke atas kapal. Beberapa saat kemudian, kapal yang ditumpangi itu pun berangkat. Dempu Awang melambaikan tangan kepada ibunya. Sejak itu, ibu Dempu tinggal seorang diri di gubuknya. Setiap hari ia senantiasa berdoa agar anaknya sampai di tujuan mendapatkan pekerjaan dan segera kembali.

Waktu terus berjalan. Dempu Awang sudah sepeluh tahun di tanah rantau. Berkat doa ibunya, Dempu Awang menjadi seorang yang kaya raya dan mempunyai istri yang cantik jelita. Namun, ia tidak pernah memberi kabar ibunya. 
Suatu hari, istri Dempu Awang ingin sekali bertemu dengan ibu mertuanya. Ia pun menyampaikan niat itu kepada suaminya. 
  • “Kanda! Kapan kita ke kampung halaman Kanda? Dinda ingin sekali bertemu dengan ibu Kanda,” kata istri Dempu Awang. 
  • “Baiklah, Dinda! Besok pagi kita berangkat. Sampaikan kepada semua pelayan untuk menyiapkan segala keperluan kita selama di perjalanan dan oleh-oleh untuk ibu di kampung!” ujar Dempu Awang. 
Dengan perasaan gembira, istri Dempu Awang pun segera menyampaikan pesan suaminya itu kepada para pelayan. Mulai pagi hingga malam hari, para pelayan sibuk mempersiapkan bekal yang diperlukan, seperti makanan, minuman, pakaian, serta oleh-oleh untuk ibu Dempu di kampung halaman. Keesokan harinya, berangkatlah Dempu Awang bersama istrinya serta beberapa orang anak buah kapal menuju ke Mentok dengan menggunakan kapalnya yang besar dan megah. 

Setelah berhari-hari berlayar, Dempu Awang bersama rombongannya tiba di pelabuhan Mentok. Para penduduk, baik nelayan maupun pedagang, berbondong-bondong menuju ke pelabuhan untuk melihat perahu besar dan megah itu. Ketika mendekat di kapal itu, mereka melihat seorang pemuda gagah berpakaian mewah berdiri di anjungan kapal dan seorang wanita cantik berdiri di sampingnya. Di antara penduduk tersebut ada yang mengenal pemuda gagah itu. 
  • “Hai, lihatlah! Bukankah itu Dempu Awang?” kata seorang penduduk. 
  • “Benar! Dia Dempu Awang, anak orang miskin itu,” sahut penduduk lainnya.
Sementara itu, dari atas kapalnya, Dempu Awang menyebarkan pandangannya kepada seluruh penduduk yang mendekat ke kapalnya. Ia sedang mencari ibunya yang sangat dirindukannya. Setelah mengamati satu per satu wajah mereka, ternyata orang yang dicarinya itu tidak ada. Ia pun memanggil beberapa orang penduduk naik ke atas kapalnya dan menanyakan keberadaan ibunya. 
Salah seorang penduduk mengatakan bahwa ibunya masih hidup. 
“Baiklah. Kalau memang ibuku masih hidup, tolong panggilkan dan bawa naik ke kapal ini. Aku ingin memastikan apakah dia benar-benar ibuku!” pinta Dempu Awang kepada penduduk itu. 
Tak berapa lama, penduduk itu datang bersama seorang wanita tua berpakaian compang-camping. Wanita tua itu kemudian segera naik ke kapal untuk menemui anaknya yang sudah lama dirindukannya. Dempu Awang mengetahui bahwa wanita tua itu adalah ibunya. Namun karena malu mengakui sebagai ibunya di hadapan istrinya, ia pun mengusir wanita tua itu. 
  • “Pelayan! Usir nenek peot ini dari kapalku! Dia bukan ibuku. Dia hanya petani miskin yang mengaku-ngaku sebagai ibuku!” seru Dempu Awang sambil berkacak pinggang. 
  • “Dempu Awang! Dia adalah ibumu yang telah kau tinggalkan sendirian selama puluhan tahun,” sahut seorang penduduk yang hadir di tempat itu. 
  • “Benar, Anakku! Aku ini ibumu yang telah melahirkan dan membesarkanmu. Ibu sangat mengenal tanda goresan di keningmu bekas luka karena terjatuh dulu,” kata wanita tua. 
  • Mendengar pengakuan wanita tua itu, Dempu Awang semakin marah. Istrinya pun berusaha menenangkan hatinya. 
  • “Iya, Kanda! Mungkin saja wanita tua itu benar bahwa Kanda adalah anaknya. Janganlah menjadi anak durhaka dan tak usah malu kepada Dinda!” bujuk istrinya. 
Bujukan sang Istri bukannya membuat hati Dempu Awang menjadi tenang, tetapi justru kemarahannya semakin memuncak. Ia pun menghampiri dan kemudian mendorong wanita tua itu hingga terjatuh berguling-guling di tangga kapal. 

Hati wanita itu hancur berkeping-keping melihat perlakuan anaknya terhadap dirinya. Dengan perasaan sedih, wanita tua malang itu segera meninggalkan pelabuhan menuju ke gubuknya. Setelah agak jauh dari pelabuhan, ibu Dempu Awang berhenti di jalan seraya menengadahkan kedua belah tangannya ke atas. 
“Ya, Tuhan! Berilah balasan yang setimpal kepada anak hamba yang durhaka itu, karena tidak mau mengakui hamba sebagai ibu kandungnya,” pinta ibu Dempu Awang. 
Doa sang Ibu benar-benar dikabulkan oleh Tuhan Yang Mahakuasa. Ketika Dempu Awang hendak berlayar meninggalkan pelabuhan Mentok, tiba-tiba langit menjadi mendung. Kemudian turunlah hujan yang sangat deras disertai angin topan dan petir yang menyambar-nyambar. 

Tiba-tiba gelombang laut setinggi gunung menghantam kapal Dempu Awang yang megah itu hingga terbelah menjadi dua, lalu karam ke dasar laut. Setelah cuaca kembali cerah seperti semula, tampaklah sebuah batu besar di tempat kapal Dempu Awang karam. 

Batu yang menyerupai kapal besar itu merupakan penjelmaan Dempu Awang dan kapalnya, sedangkan istrinya menjelma menjadi kera putih. Hingga kini batu tersebut masih terpelihara dengan baik. Oleh masyarakat setempat, batu tersebut diberi nama Batu Balai, karena pada zaman dahulu, di samping batu itu terdapat sebuah balai, yakni sebuah kantor pemerintahan yang biasa dijadikan sebagai tempat bermusyawarah. 
* * *

Demikian Cerita Batu Balai dari daerah Bangka Barat, Provinsi Bangka-Belitung, Indonesia. Cerita di atas termasuk kategori legenda yang mengandung pesan moral yang dapat dijadikan pedoman dalam kehidupan sehari-hari. Pesan moral yang dapat dipetik dari cerita di atas adalah ganjaran bagi anak yang durhaka terhadap orangtua. Sifat ini ditunjukkan oleh sikap dan perilaku Dempu Awang yang telah mengusir dan tidak mau mengakui ibu kandungnya sendiri, karena malu kepada istrinya. Akibatnya, Tuhan pun mengutuknya menjadi batu berkat doa ibunya.   (Agatha Nicole Tjang – Ie Lien Tjang © http://agathanicole.blogspot.co.id)



BERSAHABAT DENGAN AGATHA NICOLE TJANG - IE LIEN TJANG

Show Comments: OR

0 komentar:

Post a Comment

Teman-Teman yang berkunjung pasti komentarnya juga baik. karena kita semua manusia baik-baik. Oleh karena itu Nicole bilang Salam Komen terbaik kepada semua.
Kalau Mau Contact Nicole di :
Em@il : ieliencang@gmail.com
Phone & SMS : +6287760129111
T E R I M A K A S I H - MATUR SUKME - THANK YOU

ARTIKEL & CERITA DAN KISAH LEGENDA RAKYAT TERBARU

  • NAMA MARGA KETURUNAN CINA DI INDONESIA DAN DUNIA
    Nama Marga Keturunan Cina adalah nama yang diekspresikan dengan karakter Han (Hanzi). Nama ini digunakan secara luas oleh warga negara Republik Rakyat Tiongkok, Republik Tiongkok, Hong Kong, Makau dan keturunan Cina di negara-negara lainnya. Nama Cina biasanya terdiri dari 2 karakter sampai 4 karakter, walaupun ada yang lebih dari 4 karakter, namun umumnya nama seperti itu adalah mengambil...
    Dec-21 - 2017 | 4 Comments | More »
  • PENGGEMBALA SAPI TUA dan TONGKAT AJAIB
    Seperti negara kita tercinta Indonesia, negara-negara lain pun mempunyai cerita-cerita legenda rakyat (folklore) yang menarik dan sarat akan makna dan pesan moral bagi kita. Negeri Tirai Bambu Tiongkok atau China juga memiliki beberapa cerita legenda rakyat salah satunya adalah KISAH PENGGEMBALA SAPI TUA DAN TONGKAT AJAIB. Dahulu kala, ada sebuah danau yang sangat jernih di Yunnan, China....
    Dec-21 - 2017 | No Comments | More »
  • ASAL MULA SELAT BALI
    Selat Bali adalah selat yang memisahkan antara Pulau Jawa dengan Pulau Bali. Untuk menyeberang dari Pulau Jawa ke Pulau Bali melalui Selat Bali ini, yang dihubungkan dengan layanan kapal ferry dengan Pelabuhan Gilimanuk di Pulau Bali dan Pelabuhan Ketapang di Banyuwangi - Pulau Jawa. Alkisah, di Kerajaan Daha, Kediri, Jawa Timur, hiduplah seorang Brahamana (pendeta) yang bernama Empu...
    Dec-21 - 2017 | No Comments | More »
  • ASAL MUASAL UPACARA NANGLUK MERANA (MEMBASMI HAMA) KABUPATEN KARANGASEM
    Di Pulau Bali yang merupakan Pulau Dewata, terdapat tiga putra Batara Siwa yaitu Batara Gunung Agung, Batara Andakasa dan Batara Batur. Batara Batur setiap ada hama merusak tanamannya agar segera meminta maaf kepada Batara Gunung Agung dan Batara Andakasa ke laut. Di samping itu, Batara Batur juga diharapkan agar setiap tahun memohon maaf ke sana dengan melakukan upacara yang disebut...
    Dec-19 - 2017 | No Comments | More »
  • KISAH PUTRI CILINAYA
    Putri Cilinaya adalah seorang putri raja Kerajaan Daha yang mengingkari NAZAR-nya (Janji Suci Pada Tuhan Yang Maha Esa). Karena pengingkarannya itu sang putri diterbangkan oleh angin dan menjatuhkannya pada sebuah tempat, dimana tempat itu didiami oleh sepasang suami-istri yang kemudian memberi nama sang bayi putri tersebut dengan nama Cilinaya.  Alkisah pada zaman dahulu, tersebut...
    Dec-19 - 2017 | No Comments | More »
  • DONGENG KISAH BATU GOLOQ DI PULAU LOMBOK
    Batu Goloq adalah sejenis batu ceper yang terdapat di sebuah daerah di Provinsi Nusa Tenggara Barat, Indonesia. Batu ini diyakini oleh masyarakat setempat sebagai penyebab munculnya tiga nama tempat di daerah Nusa Tenggara Barat, yakni Desa Gembong, Dasan Batu, dan Montong Teker. Alkisah, di daerah Padamara dekat Sungai Sawing, Nusa Tenggara Barat, Indonesia, ada sepasang suami-istri...
    Dec-19 - 2017 | No Comments | More »
  • KISAH WINANGSIA, PUTRI RATNA AYU WIDERADIN YANG DISIA-SIAKAN
    Pada jaman dahulu kala, di pulau lombok Nusa Tenggara Barat, berdiri sebuah kerajaan yang dipimpin oleh Raja Indrapandita. Raja itu memiliki sembilan putri yang cantik-cantik. Putri sulungnya bernama Denda Wingi, sedangkan si bungsu bernama Ratna Ayu Wideradin. Dari kesembilan putri raja tersebut, si bungsulah yang paling cantik dan mempesona. Maka, tidak mengherankan jika si bungsu menjadi...
    Dec-15 - 2017 | 1 Comment | More »

ARTIKEL & CERITA DAN KISAH LEGENDA RAKYAT POPULER

  • ASAL MULA NAMA GUNUNG MEKONGGA
    13.11.2017 - 0 Comments
    Gunung Mekongga merupakan gunung tertinggi di pegunungan Mekongga yang membentang di sisi utara wilayah Kabupaten Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara. Kawasan pegunungan ini merupakan jajaran pegunungan Verbeck yang puncak-puncaknya terdiri dari jenis batuan karst dataran tinggi. dengann puncak tertinggi bernama mosero-sero dengan ketinggian 2.620 mdpl, gunung ini merupakan gunung tertinggi di…
  • PUTRI MAMBANG LINAU – ASAL USUL SENDRA TARI OLANG-OLANG.
    30.07.2017 - 0 Comments
    Riau adalah salah satu propinsi di Indonesia yang kaya dengan pelbagai jenis kesenian tradisional yang telah menjadi bagian hidup masyarakat Riau. Pelbagai jenis kesenian tradisional tersebut adalah seni tari, seni musik, seni ukir, seni tenun, seni lukis, seni bela diri, dan teater rakyat. Di antara jenis kesenian tersebut, seni tari (tarian) merupakan jenis kesenian Melayu Riau yang paling…
  • ASAL USUL PULAU SENUA - SATU TUBUH BERBADAN DUA
    24.07.2017 - 0 Comments
    Pulau Senua terletak di ujung Tanjung Senubing Bunguran Timur, Natuna, Provinsi Kepulauan Riau, Indonesia. Kata senua dalam bahasa setempat berarti satu tubuh berbadan dua. Menurut cerita, pulau yang terkenal sebagai sarang burung layang-layang putih ini merupakan penjelmaan dari seorang perempuan yang sedang berbadan dua (hamil) bernama Mai Lamah. Mengapa Mai Lamah menjelma menjadi pulau?…
  • DONGENG LEGENDA SEMANGKA EMAS
    13.10.2017 - 0 Comments
    Dongeng Legenda ini mengisahkan tentang dua orang bersaudara yaitu MUZAKIR dan DERMAWAN. Keduanya adalah putra dari seorang saudagar kaya di daerah Sambas, Kalimantan Barat, Indonesia. Setelah orang tuanya meninggal, keduanya mendapat harta warisan yang sama banyaknya. Namun, kedua orang bersaudara ini memiliki sifat, kelakuan, perasaan dan hati yang berbeda. Muzakir memiliki sifat yang sangat…
  • KISAH MAHLIGAI KELOYANG
    09.08.2017 - 0 Comments
    Kelayang adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Indragiri Hulu, Riau, Indonesia. Dulu, Kelayang adalah nama sebuah desa yang dikenal dengan Keloyang, sedangkan Keloyang berasal dari Kolam Loyang. Konon, pada zaman dahulu kala, Kolam Loyang ini merupakan tempat sekumpulan bidadari dari kayangan yang bisa terbang melayang. Setiap malam bulan purnama, para bidadari tersebut datang ke Kolam Loyang itu…

ADHI MEKAR INDONESIA "AMI SCHOOL" DENPASAR BARAT, BALI

 
  • AGATHA NICOLE © 2017 | Modified By YURI | Powered By BLOGGER | KEDAI LOMBOK