Daftar Cerita Legenda Rakyat

ASAL USUL SELAT NASIK DI PULAU SUBI


Selat Nasik adalah sebuah selat yang memanjang lurus dari timur ke barat membelah (di sebelah utara) dan Pulau Subi Besar (di sebelah selatan), yang terletak di Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau, Indonesia. Menurut cerita, keberadaan Selat Nasik ini disebabkan oleh ulah Datuk Kaya yang menghamburkan Nasik basi di Pulau Subi. Mengapa Datuk Kaya menghamburkan Nasik basi sehingga menyebabkan hamburan Nasik itu menjelma menjadi selat? Ikuti kisahnya dalam cerita Asal Mula Selat Nasik Di Pulau Subi berikut ini! 
* * *
Alkisah, di daerah Natuna, Kepulauan Riau, terdapat sebuah pulau bernama Pulau Subi yang dikuasai oleh seorang Datuk Kaya. Sang Datuk Kaya mempunyai seorang istri bernama Cik Wan dan seorang putri yang cantik nan rupawan bernama Nilam Sari. Ia seorang gadis yang rajin, berbudi pekerti luhur, dan tidak angkuh. 

Setiap hari ia duduk menekat (membordir), menyulam, dan merenda benang sutra. Ia juga pandai memasak dan membuat kueh-mueh. Dalam pergaulan sehari-hari, ia juga tidak membedakan antara si kaya dan si miskin untuk dijadikan sebagai teman. Tak heran jika orang-orang di sekitarnya sangat kagum dan memuji perangainya. Kapan dan di manapun orang berkumpul, pasti mereka membicarakan dirinya. 

Pada suatu hari, sekelompok pedagang dari Palembang singgah di Pulau Subi. Secara tidak sengaja mereka mendengar percakapan orang-orang kampung di pulau itu tentang kecantikan dan keelokan perangai Nilam Sari. Kemudian dari mulut ke mulut, cerita itu pun tersebar di kalangan masyarakat Palembang, dan akhirnya sampai pula ke telinga Permaisuri Raja Palembang. 

Mendengar cerita itu, Permaisuri pun bercita-cita ingin menjadikan Nilam Sari sebagai anak menantunya. Pada suatu malam, Permaisuri pun menyampaikan niat tersebut kepada putranya, Pangeran Demang Aji Jaya, dengan ungkapan berikut: 
  • “Demang Aji, anakku semata wayang kini dirimu telah besar panjang 
  • umpama burung telah dapat terbang umpama kayu sudah berbatang 
  • umpama ulat telah mengenal daun umpama serai sudah berumpun 
  • selesai menuntut ilmu ke sana kemari ke Malaka sudah, ke Jawa pun sudah 
  • ke Negeri Cina telah menamatkan pelajaran bersilat tembung 
  • ke negeri Hay Lam belajar kontao 
  • ke Pathani Negeri Siam selesai mengaji menikah saja yang belum” 
Mendengar ungkapan sang Bunda, Pangeran Demang Aji Jaya terdiam sejenak. Ia berusaha untuk memahami maksud dari ungkapan Bundanya, tapi ia tetap tidak mengerti. 
“Maafkan Nanda, Bunda! Nanda tidak benar-benar mengerti maksud Bunda,” ucap Pangeran Demang Aji Jaya. Sambil tersenyum, 
Permaisuri kembali bertutur untuk menyampaikan harapannya kepada putranya dengan ungkapan yang lebih jelas seperti berikut ini: 
  • “niat Bunda tersemat sudah di hati
  • di Negeri Palembang sedia ada kumbang jati
  • di Pulau Subi sedang mekar sekuntum bunga bersari wangi
  • setinggi Mahameru harapan Bunda hendak mengantar tepak puan (tepak sirih)
  • berikut pula emas-perak intan-berlian ke Pulau Subi
  • mengirim utusan menjunjung titah dan salam
  • nahkoda perpengalaman di laut dalam
  • penumpangnya segala cerdik pandai
  • ahli waris yang menyampaikan hajat hati
  • sirih-pinangan diunjukkan kepada Nilam Sari”
“Baiklah, Bunda! Sekarang Nanda dapat mengerti maksud dan keinginan Bunda. Jika itu sudah menjadi keinginan Bunda, Nanda bersedia untuk menikah dengan Putri Nilam Sari,” kata Pangeran Demang Aji Jaya. 
Alangkah senang hati sang Bunda mendengar pernyataan putranya. Ia pun segera menyampaikan kabar gembira itu kepada sang Raja. Sang Raja pun setuju dan segera menyebarkan berita tentang pernikahan putranya dengan Nilam Sari kepada seluruh keluarga istana dan rakyat Negeri Palembang. 

Keesokan harinya, seluruh keluarga istana sibuk mempersiapkan segala hantaran dan hadiah-hadiah, seperti tepak sirih, emas-perak, dan intan berlian untuk diserahkan kepada keluarga Nilam Sari. Sang Raja kemudian menunjuk beberapa orang cerdik pandai untuk menyampaikan hajat hati (lamaran) dan beberapa orang nahkoda perpengalaman untuk menahkodai kapal menuju Pulau Subi. Setelah semuanya siap, para utusan Raja Palembang berangkat menuju ke Pulau Subi untuk menyampaikan lamaran Pangeran Demang Aji Jaya kepada Putri Nilam Sari. 

Sesampainya di Pulau Subi, utusan Raja Palembang yang diwakili seorang juru cakap mengungkapkan maksud kedatangan mereka dengan untaian pantun berikut ini: 
  • Cantik memanjat pohon ara
  • Nampaknya cantik berseri laman
  • Besar hajat kami tidak terkira
  • Hendak memetik bunga di taman
  • Rumah besar alangnya besar
  • Rumah Datuk Perdana Menteri
  • Kalau tidak hajat yang besar
  • Kami tidak sampai datang kemari
  • Dari paya turun ke lembah
  • Petik pinang dipilih-pilih
  • Saya sudah mohonkan sembah
  • Adat meminang bertepak sirih 
Untaian pantun yang berisi lamaran tersebut kemudian dibalas oleh keluarga Datuk Kaya Pulau Subi dengan untaian pantun pula: 
  • Yang datang berulang-alik
  • Yang pergi terbayang-bayang
  • Yang bulat datang menggolek
  • Yang pipih datang melayang
  • Kalau bukit gunakan galah
  • Cepat tuan tiba ke pantai
  • Kalau sudah kehendak Allah
  • Niat terkabul hajat pun sampai
Pinangan Putra Raja Palembang, Pangeran Demang Aji Jaya, diterima oleh pihak keluarga Datuk Kaya Pulau Subi. Juru cakap Raja Palembang pun segera melantunkan pantun untuk mengungkapkan rasa suka cita dan ungkapan terima kasih atas diterimanya pinangan mereka sambil menengadahkan kedua tangannya sebagai penghormatan. 
  • Berkokok ayam di pagi hari
  • Putus kali dari tambatan
  • Datuk sudah menerima tadi
  • Kecil tapak tangan saya tadahkan
Setelah peminangan selesai, kedua belah pihak kemudian menentukan hari perkawinan kedua calon mempelai pengantin. Melalui musyawarah mufakat, mereka pun memutuskan hari perkawinan sekaligus naik ke pelaminan jatuh pada hari kesepuluh bulan Syafar. 

Sebelum kembali ke negerinya, para utusan Raja Palembang dipersilahkan untuk menikmati berbagai jamuan makanan yang telah dihidangkan. Kemudian pihak keluarga Datuk Kaya memberikan hadiah kepada mereka untuk dibawa pulang ke Negeri Palembang. Setelah itu, para utusan pun mohon diri kepada keluarga Datuk Kaya Pulau Subi. 
  • “Izinkanlah kami untuk memohon diri. Segala kata dan tingkah yang tidak berkenan mohon dimaafkan. Kami berjanji, pada hari sepuluh bulan Syafar, arak-arakan pengantin dari Palembang akan tiba di Pulau Subi ini,” janji para utusan Raja Palembang. 
  • “Baiklah. Kami tunggu kedatangan kalian. Kami harap tidak akan ada selisih hari dan bulan,” sahut Datuk Kaya Pulau Subi seraya berjabat tangan sebagai tanda berteguh janji. 
Setelah itu, para utusan Raja Palembang kembali ke negeri mereka untuk menyampaikan berita gembira tersebut kepada raja mereka. Sang Raja Palembang dan permaisuri pun menyambutnya dengan penuh kebahagiaan. Waktu berjalan begitu cepat. Sepekan lagi hari kesepuluh bulan Syafar akan tiba. 
Para penduduk Pulau Subi mulai sibuk mempersiapkan segala sesuatunya untuk keperluan penyambutan rombongan mempelai laki-laki dari Negeri Palembang. Ada yang sibuk membelah kayu api, dan ada pula yang menegakkan selasar (rumah sambung). 

Pada hari ketujuh bulan Syafar, berpuluh-puluh ekor lembu dan kambing, serta beratus-ratus ekor ayam dan itik disembelih. Pada hari kedelapan dan kesembilan bulan Syafar, kaum perempuan, tua dan muda sibuk memasak dan mengukus kue, serta menggulai dan merendang daging untuk lauk-pauk. Pemangku adat Pulau Subi pun sibuk memasang tabir dan menggantung tirai seri balai pelaminan. Memasuki hari kesepuluh bulan Syafar, segala keperluan penyambutan rombongan pengantin laki-laki telah siap. Nasik berdandang-dandang dan lauk-pauk berdulang-dulang sudah terhidang. 



Nilam Sari pun telah dirias dengan busana yang sangat indah dan menawan. Ia mengenakan baju kurung bertepih sutra bercorak lintang tenunan Siantang, bertudung manto (tudung kepala pengantin perempuan) kain mastuli Daik-Lingga. Ikatan pending (hiasan emas tali pinggang perempuan) melilit di pingggang. Dukuh tiga rengkat terkalung di leher Nilam Sari hingga menutup dadanya, layaknya putri datuk-datuk bermahar maskawin (nilai adat) seratus dua puluh real. 

Dengan mengenakan busana itu, Putri Nilam Sari tampak semakin cantik dan anggun. Ia tidak sabar lagi menanti kedatangan sang Pangeran tampan dari Negeri Palembang. Demikian pula keluarga Datuk Kaya serta para tamu undangan yang sudah memenuhi ruang selasar. Namun, hingga hari menjelang siang, rombongan pengantin laki-laki belum juga datang. 

Datuk Kaya pun mulai gelisah. Ia berjalan mondar-mandir sambil mengelus-elus jenggotnya yang sudah mulai memutih. Sementara istrinya, Cik Wan, berusaha menenangkan hatinya. 
“Tenanglah, Bang! Sebentar lagi juga mereka datang,” bujuk Cik Wan. 
Datuk Kaya pun berusaha untuk bersabar dan bersikap tenang. Hingga hari menjelang malam, rombongan pengantin dari Negeri Palembang tidak juga kunjung datang. Datuk Kaya semakin gelisah dan kesabarannya pun mulai goyah. 
  • “Mereka benar-benar keterlaluan! Mereka telah mengingkari janji,” ucap Datuk Kaya dengan nada kesal. 
  • “Sabar, Bang! Barangkali mereka sedang mengalami halangan di perjalanan,” Cik Wan kembali menenangkan hati suaminya. 
Datuk Kaya dan seluruh penduduk Pulau Subi terus menunggu hingga hari kesebelas dan keduabelas. Namun, rombongan pengantin dari Negeri Palembang bulan juga tiba. Barulah pada hari ketigabelas bulan Syafar arak-arakan pengantin laki-laki Negeri Palembang tiba di Pulau Subi. Tanpa menunggu lagi, kedua mempelai segera dinikahkan dan didudukan bersanding di atas pelaminan. Melihat tamu rombongan yang datang, istri Datuk Kaya mulai bingung bagaimana menjamu mereka. Nasik yang berdandang-dandang dan lauk-pauk berdulang-dulang semuanya sudah basi. 
  • “Bang! Semua persediaan jamuan makanan sudah basi dan tidak layak lagi untuk dihidangkan kepada tamu kita. Apakah sebaiknya kita mengganti hidangan yang yang sudah basi itu dengan Nasik dan lauk pauk yang baru?” usul Cik Wan kepada suaminya. 
  • ‘Tidak, Istriku! Biar orang Palembang itu tahu diri. Mereka telah ingkar janji. Ikrar kita pada hari kesepuluh bulan Syafar tidak mereka tepati. Pantas kalau kita hidangkan Nasik dan lauk pauk basi kepada mereka,” pungkas Datuk Kaya. 
  • “Tapi, Bang! Apa sebaiknya kita tanyakan dahulu, barangkali mereka terserang badai di perjalanan,” pinta Cik Wan. 
Ternyata memang benar, rombongan pengantin laki-laki dari Negeri Palembang tersebut dilanda badai di tengah laut, sehingga mereka harus singgah di teluk Pulau Kiabu untuk berlindung dari amukan badai yang sangat dahsyat. Hal ini dikatakan oleh Pangeran Demang Aji Jaya kepada Nilam Sari di saat mereka sedang duduk bersanding di atas pelaminan. 

Namun, kabar itu tidak sempat terdengar oleh Datuk Kaya. Lagi pula, Datuk Kaya memang tidak mau tahu masalah itu. Melihat sikap suaminya itu, Cik Wan terus membujuknya agar hidangan jamuan makan untuk para tamu dari Negeri Palembang tersebut diganti dengan makanan yang baru. 
“Bang! Sebaiknya hidangan kita ganti dengan yang baru. Kita akan malu jika kita menghindangkan makanan basi buat mereka. Jika Abang tidak mengindahkan permintaan Adik, gugurkan Adik ke talak satu!” pinta Cik Wan. 
Datuk Kaya tetap tidak mengindahkan permintaan Cik Wan. Bahkan, ia segera mempersilahkan kepada para tamu dari Negeri Palembang untuk mencicipi makanan basi tersebut. 
  • “Cicipilah apa adanya yang tersedia!” seru Datuk Kaya kepada para tamunya. Cik Wan pun semakin kesal dengan sikap suaminya itu. 
  • “Bang! Berarti gugur talak satu buat Adik!” teriak Cik Wan. 
  • “Hai, Cik Wan! Bukan hanya talak satu yang gugur, tapi talak tiga kujatuhkan kepadamu!” teriak Datuk Kaya sambil menghambur-hamburkan Nasik basi tersebut sehingga membentuk garis memanjang seakan membelah Pulau Subi menjadi dua bagian. 
  • “Kita bercerai berbatas Nasik basi ini, Cik Wan!” pungkas Datuk Kaya. 
Beberapa saat setelah Datuk Kaya menghamburkan Nasik basi tersebut, tiba-tiba kilat menyambarnyambar disertai angin kencang dan hujan deras. Air laut pun bergulung-gulung setinggi gunung menghantam Pulau Subi. 
  • Pulau Subi pun terbelah menjadi dua bagian, satu di sebelah utara dan satu lagi di bagian selatan. 
  • Pulau Subi Kecil (di sebelah utara) milik Cik Wan, 
  • sedangkan Pulau Subi Besar (di sebelah selatan) menjadi milik Datuk Kaya. 
Pulau Subi itu terbelah oleh sebuah selat yang memanjang lurus dari timur ke barat. Oleh masyarakat setempat, selat itu diberi nama Selat Nasik, karena keberadaannya disebabkan oleh hamburan Nasik Datuk Kaya Pulau Subi. 
* * *
Demikian cerita Asal Mula Selat Nasik Di Pulau Subi dari daerah Natuna, Provinsi Kepulauan Riau, Indonesia. Cerita di atas termasuk cerita legenda yang mengandung pesan moral yang dapat dijadikan pedoman dalam kehidupan sehari-hari. Pesan moral penting yang dapat dipetik dari cerita di atas adalah :
akibat buruk dari sifat kurang dewasa dalam menghadapi permasalahan. 
Sifat ini ditunjukkan oleh sikap dan tindakan Datuk Kaya Pulau Subi yang tidak melalui usul-periksa tentang penyebab keterlambatan rombongan Pangeran Demang Aji Jaya tiba di Pulau Subi.

Show Comments: OR

0 komentar:

Post a Comment

Teman-Teman yang berkunjung pasti komentarnya juga baik. karena kita semua manusia baik-baik. Oleh karena itu Nicole bilang Salam Komen terbaik kepada semua.
Kalau Mau Contact Nicole di :
Em@il : ieliencang@gmail.com
Phone & SMS : +6287760129111
T E R I M A K A S I H - MATUR SUKME - THANK YOU

ARTIKEL & CERITA DAN KISAH LEGENDA RAKYAT TERBARU

  • NAMA MARGA KETURUNAN CINA DI INDONESIA DAN DUNIA
    Nama Marga Keturunan Cina adalah nama yang diekspresikan dengan karakter Han (Hanzi). Nama ini digunakan secara luas oleh warga negara Republik Rakyat Tiongkok, Republik Tiongkok, Hong Kong, Makau dan keturunan Cina di negara-negara lainnya. Nama Cina biasanya terdiri dari 2 karakter sampai 4 karakter, walaupun ada yang lebih dari 4 karakter, namun umumnya nama seperti itu adalah mengambil...
    Dec-21 - 2017 | 4 Comments | More »
  • PENGGEMBALA SAPI TUA dan TONGKAT AJAIB
    Seperti negara kita tercinta Indonesia, negara-negara lain pun mempunyai cerita-cerita legenda rakyat (folklore) yang menarik dan sarat akan makna dan pesan moral bagi kita. Negeri Tirai Bambu Tiongkok atau China juga memiliki beberapa cerita legenda rakyat salah satunya adalah KISAH PENGGEMBALA SAPI TUA DAN TONGKAT AJAIB. Dahulu kala, ada sebuah danau yang sangat jernih di Yunnan, China....
    Dec-21 - 2017 | No Comments | More »
  • ASAL MULA SELAT BALI
    Selat Bali adalah selat yang memisahkan antara Pulau Jawa dengan Pulau Bali. Untuk menyeberang dari Pulau Jawa ke Pulau Bali melalui Selat Bali ini, yang dihubungkan dengan layanan kapal ferry dengan Pelabuhan Gilimanuk di Pulau Bali dan Pelabuhan Ketapang di Banyuwangi - Pulau Jawa. Alkisah, di Kerajaan Daha, Kediri, Jawa Timur, hiduplah seorang Brahamana (pendeta) yang bernama Empu...
    Dec-21 - 2017 | No Comments | More »
  • ASAL MUASAL UPACARA NANGLUK MERANA (MEMBASMI HAMA) KABUPATEN KARANGASEM
    Di Pulau Bali yang merupakan Pulau Dewata, terdapat tiga putra Batara Siwa yaitu Batara Gunung Agung, Batara Andakasa dan Batara Batur. Batara Batur setiap ada hama merusak tanamannya agar segera meminta maaf kepada Batara Gunung Agung dan Batara Andakasa ke laut. Di samping itu, Batara Batur juga diharapkan agar setiap tahun memohon maaf ke sana dengan melakukan upacara yang disebut...
    Dec-19 - 2017 | No Comments | More »
  • KISAH PUTRI CILINAYA
    Putri Cilinaya adalah seorang putri raja Kerajaan Daha yang mengingkari NAZAR-nya (Janji Suci Pada Tuhan Yang Maha Esa). Karena pengingkarannya itu sang putri diterbangkan oleh angin dan menjatuhkannya pada sebuah tempat, dimana tempat itu didiami oleh sepasang suami-istri yang kemudian memberi nama sang bayi putri tersebut dengan nama Cilinaya.  Alkisah pada zaman dahulu, tersebut...
    Dec-19 - 2017 | No Comments | More »
  • DONGENG KISAH BATU GOLOQ DI PULAU LOMBOK
    Batu Goloq adalah sejenis batu ceper yang terdapat di sebuah daerah di Provinsi Nusa Tenggara Barat, Indonesia. Batu ini diyakini oleh masyarakat setempat sebagai penyebab munculnya tiga nama tempat di daerah Nusa Tenggara Barat, yakni Desa Gembong, Dasan Batu, dan Montong Teker. Alkisah, di daerah Padamara dekat Sungai Sawing, Nusa Tenggara Barat, Indonesia, ada sepasang suami-istri...
    Dec-19 - 2017 | No Comments | More »
  • KISAH WINANGSIA, PUTRI RATNA AYU WIDERADIN YANG DISIA-SIAKAN
    Pada jaman dahulu kala, di pulau lombok Nusa Tenggara Barat, berdiri sebuah kerajaan yang dipimpin oleh Raja Indrapandita. Raja itu memiliki sembilan putri yang cantik-cantik. Putri sulungnya bernama Denda Wingi, sedangkan si bungsu bernama Ratna Ayu Wideradin. Dari kesembilan putri raja tersebut, si bungsulah yang paling cantik dan mempesona. Maka, tidak mengherankan jika si bungsu menjadi...
    Dec-15 - 2017 | 1 Comment | More »

ARTIKEL & CERITA DAN KISAH LEGENDA RAKYAT POPULER

  • DONGENG BAWANG MERAH DAN BAWANG PUTIH
    29.09.2017 - 0 Comments
    Dongeng Bawang Merah dan Bawang Putih merupakan sebuah dongeng yang berasal dari Yogyakarta. Dikisahkan, Bawang Merah dan Bawang Putih adalah dua gadis cantik yang bersaudara  tiri, karena ayah Bawang Putih menikahi seorang janda beranak satu, yakni Bawang Merah. Bersama Mbok Randha, ibu kandung Bawang Merah, mereka tinggal di sebuah desa yang dikenal dengan nama Kampung Dadapan. Sebagai…
  • KISAH SI GULAP YANG SABAR
    03.09.2017 - 0 Comments
    Si Gulap adalah anak bungsu dari tujuh bersaudara yang tinggal di sebuah desa di daerah Bengkulu. Pada Suatu ketika, si Gulap dan keenam saudaranya bergantian melamar seorang putri raja karena mereka ingin hidup sejahtera. Namun, lamaran si Sulung hingga saudara yang keenam ditolak karena tidak mampu memenuhi syarat yang diajukan oleh sang Raja. Bagaimana dengan si Gulap ? Inilah kisah Si…
  • LEGENDA GUNUNG BATU BANGKAI
    18.10.2017 - 0 Comments
    Loksado adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan, Indonesia. Di daerah ini terdapat sebuah gunung yang memiliki nama yang cukup unik, yaitu Gunung Batu Bangkai. Masyarakat setempat menamakannya demikian, karena di gunung tersebut ada sebuah batu yang mirip dengan bangkai manusia. Konon, kehadiran batu bangkai tersebut berasal dari sebuah cerita legenda yang…
  • ASAL USUL NAMA IRIAN
    02.12.2017 - 0 Comments
    Sebelum pemekaran wilayah provensi, Provensi Papua Barat dan Provensi Papua menjadi satu wilayah provensi, yaitu Irian Jaya yang merupakan wilayah provensi paling timur dari Negara Kesatuan Republik Indonesia dan berbatasan langsung dengan negara tetangga Papua Nugini (New Guinea). Menurut kisah legenda rakyat di Manokwari bahwa nama “Irian” yang dalam bahasa Biak artinya “Panas” tersebut…
  • CERITA BURUNG BAYAN DAN SI PENGGETAH
    09.08.2017 - 0 Comments
    Burung bayan (eclectus roratus) adalah salah satu jenis burung paruh-bengkok berukuran sedang, dengan panjang sekitar 43 cm. Keistimewaan yang dimiliki burung ini adalah bulunya sangat indah, suaranya sangat merdu, dan pandai berbicara. Selain itu, burung ini juga memiliki keistimewaan yang jauh lebih bernilai dibandingkan dengan keistimewaan lainnya seperti yang disebutkan di atas. Konon, di…

ADHI MEKAR INDONESIA "AMI SCHOOL" DENPASAR BARAT, BALI

 
  • AGATHA NICOLE © 2017 | Modified By YURI | Powered By BLOGGER | KEDAI LOMBOK