Menu

Wednesday, September 27, 2017

LEGENDA PEMAKAMAN IMOGIRI

LINGKUNGAN PEMAKAMAN IMOGIRI
adalah area pemakaman Raja-Raja Mataram Islam beserta keturunannya, yakni Raja-raja yang bertahta di Kasunanan Surakarta Hadiningrat dan Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat.
Area pemakaman Imogiri terletak di Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul dan dibangun pada tahun 1632 oleh Sultan Agung Hanyokrokusumo. Menurut cerita legenda rakyat yang dituturkan secara turun temurun  Sultan Agung Hanyokrokusumo sudah mempersiapkan makam tersebut sebelum beliau wafat.
∞∞∞


Pada masa Kerajaan Islam Mataram tersebutlah raja bernama Sultan Agung Hanyokrokusumo atau lebih dikenal dengan nama Sultan Agung. Ia merupakan raja ke-3 Kerajaan Mataram Islam yang terkenal arif dan bijaksana. Di bawah kepemimpinannya, rakyat Mataram senantiasa hidup aman, tenteram, dan makmur. Itulah sebabnya, ia sangat dicintai dan dihormati oleh seluruh rakyatnya.

Selain kharismatik, Sultan Agung memiliki kesaktian yang tinggi. Konon, ia mampu ke Mekah secara gaib untuk Shalat Jumat di sana. Karena seringnya ke Mekah, Sultan Agung kenal baik dengan beberapa ulama di sana, baik ulama Arab maupun ulama dari Indonesia yang sedang berada di Mekah. Dari perkenalan itu, mereka pun kemudian menjalin persahabatan dan Sultan Agung sering diajak oleh para sahabatnya untuk berkeliling kota Mekah dan sekitarnya.

Suatu waktu, ketika sedang berjalan-jalan bersama seorang ulama, Sultan Agung sampai pada suatu tempat yang tanahnya berbau harum. Ia amat tertarik pada tempat itu. Maka, timbullah keinginannya agar dimakamkan di tempat itu jika wafat kelak. Niat itu kemudian ia sampaikan kepada sahabatnya. Namun, ulama itu melarangnya.
  • “Jangan, Sultan!” cegah ulama itu.
  • “Kenapa, Kyai?” tanya Sultan Agung penasaran.
  • “Bukankah Sultan tahu sendiri bahwa seluruh rakyat Mataram amat mencintai Sultan. Jika Tuanku dimakamkan di Mekah, tentu mereka tidak bisa mengunjungi makam raja mereka,” ujar ulama itu.
Nasehat ulama itu memang masuk akal. Namun, Sultan Agung tetap bersikeras ingin dimakamkan di tempat tersebut. Melihat sikap Raja Mataram itu, sang Ulama pun mengambil segenggam tanah yang harum itu.
“Ampun, Tuanku! Bawalah tanah ini ke negeri Tuan. Sesampai di sana, lemparkanlah tanah ini ke selatan. Niscaya tempat jatuhnya tanah itu juga akan berbau harum dan di tempat itulah Tuanku akan dimakamkan,” ujar ulama itu.
Sultan Agung pun menerima tanah itu dengan senang hati. Sekembalinya dari Mekah, ia mengambil separuh tanah itu lalu dilemparkan ke arah selatan. Tanah itu jatuh di Bukit Giriloyo, di daerah Bantul.
Sultan Agung kemudian memerintahkan abdi dalem (pegawai keraton) untuk membuat makam yang dipersiapkan untuk dirinya.
  • “Pergilah ke Bukit Giriloyo dan bangunlah sebuah makam untukku,” titah Sultan Agung.
  • “Sendiko dawuh (siap laksanakan), Gusti Prabu,” jawab para abdi dalem.
Sultan Agung mengerahkan seluruh ribuan abdi dalem istana untuk membangun makam tersebut. Rupanya, pembangunan makam itu bukan sekadar menggali lubang, melainkan sebuah area yang luas. Itulah sebabnya, pembangunan makam tersebut melibatkan ribuan orang. Untuk mengangkut batu bata dari keraton yang terletak di daerah Pleret ke Bukit Giriloyo, para abdi dalem merantingnya satu per satu dengan cara duduk bersila agar tidak rusak.

Paman Sultan Agung, Gusti Pangeran Juminah, ikut membantu mengawasi jalannya pembangunan makam. Namun, saat itu ia jatuh sakit. Bersamaan dengan pembangunan makam itu selesai, ia pun meninggal dunia. Maka, sang Paman dimakamkan di area makam yang baru selesai dibangun itu. Oleh karena makam tersebut sudah digunakan untuk pamannya, Sultan Agung tidak ingin dimakamkan di tempat itu. Maka, ia pun berkata kepada abdi dalem istana untuk membuat area pemakaman yang baru.
  • “Kelak jika aku wafat, aku ingin pertama kali dimakamkan di pemakaman yang baru dibangun,” ungkapnya,
  • “Selain itu, makam Giriloyo ini terlalu sempit untukku dan keluargaku kelak.”
Setelah pemakaman pamannya selesai, Sultan Agung kembali ke istana. Ia segera mengambil sisa tanah yang berbau harum dari Mekah itu lalu dilemparkannya ke arah selatan. Tanah itu pun jatuh di Bukit Merak, yang masuk ke dalam wilayah Desa Pajimatan, Kelurahan Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul. Itulah sebabnya, Makam Imogiri juga dikenal dengan Makam Pajimatan.

Sultan Agung pun kembali memerintahkan para abdi dalem istana untuk membangun makam yang baru di tempat itu. Ia menginginkan agar makam itu dibangun menjadi beberapa bagian karena makam itu bukan untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk keluarganya. Maka, dibangunlah sebuah makam pada bagian tengah paling atas Bukit Merak. Makam itu kelak akan menjadi makam Sultan Agung. Kemudian, di sekitar makam itu, dibangun pula beberapa makam yang akan digunakan oleh para keluarga sang Sultan.

Pada tahun 1645 Sultan Agung wafat. Ia pun dimakamkan di tempat itu yang kemudian menjadi induk makam dan disebut Kasultanangungan. Setelah itu, makam tersebut kemudian menjadi pemakaman seluruh keluarga sang Sultan dan Raja-raja Mataram setelahnya.

Setelah Perjanjian Giyanti tahun 1755, Makam Imogiri ini menjadi sebuah area pemakaman yang luasnya mencapai 10 hektar. Di area inilah sebagian besar Raja-raja Mataram Islam hingga pemerintahan Kasunanan Surakarta Hadiningrat dan Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dimakamkan. Area pemakaman ini pun dibagi menjadi dua bagian yaitu bagian sebelah barat dipergunakan sebagai makam Raja-raja Kasunanan Surakarta Hadiningrat, sedangkan bagian sebelar timur dipergunakan untuk makam Raja-raja Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat.

∞∞∞

Demikian LEGENDA PEMAKAMAN IMOGIRI dari daerah Bantul, Yogyakarta. Pesan moral yang dapat dipetik dari kisah legenda ini adalah bahwa raja yang arif dan bijaksana seperti Sultan Agung akan selalu dicintai dan dikenang oleh rakyatnya hingga akhir zaman. Sampai saat ini, makam Sultan Agung yang berada di area pemakaman Imogiri ini selalu ramai dikunjungi oleh peziarah untuk menghormati beliau.  (Agatha Nicole Tjang – Ie Lien Tjang © http://agathanicole.blogspot.co.id)



BERSAHABAT DENGAN AGATHA NICOLE TJANG - IE LIEN TJANG

No comments:

Post a Comment

Teman-Teman yang berkunjung pasti komentarnya juga baik. karena kita semua manusia baik-baik. Oleh karena itu Nicole bilang Salam Komen terbaik kepada semua.
Kalau Mau Contact Nicole di :
Em@il : ieliencang@gmail.com
Phone & SMS : +6287760129111
T E R I M A K A S I H - MATUR SUKME - THANK YOU