Daftar Cerita Legenda Rakyat

RADEN BANTERANG - KE 3 - ASAL MULA KOTA BANYUWANGI [Lembah Temu Guru]

Prabu Menak Prakosa mempunyai seorang putra bernama RADEN BANTERANG, wajahnya cakap dan tampan, juga cerdas dan pintar, dan juga memiliki Badan yang tegap dan gagah perkasa.
Raden Banterang dikenal oleh rakyat kerajaan Blambangan sebagai pemuda yang pemberanni dan baik hati juga adil dan ramah serta mudah bergaul dengan rakyat jelata, oleh sebabnya rakyat sangat mencintai dan menyegani juga takut kepada Raden Banterang, terutama oleh meraka yang berbuat kejahatan.

Bila Raden Banterang melihat seseorang berbuat kejahatan, tanpa pandang bulu dan pikir panjang Raden Banterang pasti akan menegur dan menghukum siapa saja. Tetapi hal inilah yang menjadi titik kelemahan sang raden, dia tidak mendengar terlebih dahulu keterangan dari semua orang tentang kesalahan atau siapa yang sebenarnya berbuat salah atau kejahatan, dia lebih mendengar dari siapa saja yang berbicara langsung kepadanya dan lebih percaya pada instingnya sendiri, hal inilah yang nantinya akan membuat sang raden sangat menyesal seumur hidupnya.

Itulah kelebihan dan kekurang sang raden, walaupun demikian karena dia seorang Pangeran kerajaan Blambangan, maka banyak sekali gadis-gadis kerajaan dan rakyat jelata yang berharap sekali menjadi istri atau selir sang Pangeran.
Tetapi sang Pangeran belum juga tertarik dengan wanita manapun, dia lebih suka melajang tanpa ikatan dan menimba ilmu kanuragan dan kesaktian setingi-tingginya. Bila Pangeran mendengar kabar adanya seorang guru atau pertapa sakti, dia pasti akan datang menyambangi dan berguru kepadanya. Dengan usianya yang masih muda, sang Pangeran muda tidak bisa lagi dilawan oleh orang-orang yang hanya memiliki ilmu pencak silat yang biasa-biasa saja. Bahkan Sang Prabu Menak Prakosa dan juga Patih Ragajampi kewalahan jika beradu kesaktian dengan sang pangeran Raden Banterang.
Dan hal ini juga yang membuat Raden Banterang menjadi besar kepala dan sedikit sombong juga angkuh,  merasa ilmu kesaktiannya sudah tak tertandingi lagi. Memang sang pangeran pemuda yang baik hatinya, dia ingin berbuat kebaikan kepda siapa saja, tetapi tinggi hati karena merasa tak terkalahkan sehingga sang pangeran suka menjatuhkan hukuman semena-mena kepada siapa saja yang dia anggap bersalah, tanpa mempertimbangkan pendapat orang lain.

Pada suatu hari Raden Banterang mendengar kabar tentang hadirnya seoramg pendekar sakti di sebelah utara ibukota kerajaan Blambangan. 
" hai kisanak, siapakah nama pendekar itu ...!?" tanya Raden Banterang.
" hamba juga tidak tahu siapakah nama pendekar itu, hamba hanyalah salah satu dari beberapa pendekar Blambangan yang pernah bertarung dan dikalahkan oleh pendekar itu, orang-orang menyebutnya sebagi pendekar tanpa nama..." ujar Ki Bantaran.
Ki Bantaran adalah salah satu senopati kerajaan Blambangan yang ditugaskan oleh Raden Banterang untuk melacak dan mencari para pendekar sakti untuk diajak bergabung sebagai prajurit kerajaan Blambangan.
" dalam berapa jurus kau dikalahkan oleh pendekar itu !!?" tanya Raden Banterang
" mohon ampun Raden..... hamba dikalahkan pendekar itu hanya dalam lima jurus......." jawab Ki Bantaran
" Apa ...!!!!  Ki Bantaran yang gagah perkasa dan senopati kerajaan yang ditakuti prajurit Blambangan kalah hanya dalam lima jurus saja ....!!!? " Raden Banterang terheran-heran dan meremehkan Ki Bantaran.
" mohon maaf Raden... pendekar itu memang sangat sakti, kesaktiannya memang sangat jauh diatas hamba.." jawab Ki Bantaran takut-takut..
" Hemmmmm ... baiklah.. tunjukkan padaku dimakah gerangan si pendekar tanpa nama itu berada, biar aku saja yang datang dan menandingi si pendekar itu....." Raden Banterang berujar dengan angkuhnya.
Ki Bantaran pun menjelaskan dengan sejelas-jelasnya keberadaan si pendekar tanpa nama tersebut berada,
dan tanpa menunggu lama dan tanpa pamit kepada ayahandanya sang Prabu Menak Prakosa, sang Raden pangeran Raden Banterang langsung memacu kudanya ke lembah temu guru, tempat sang pendekar tanpa nama tersebut berada.
Hampir seperempat hari sang pangeran berkuda barulah dia sampai di lembah temu guru, mencari pohon beringin kembar yang menurut Ki Bantaran di sekitar pohon kembar itulah sang pendekar tanpa nama berada, setalah berputar-putar akhirnya dia dapat menemukan pohon beringin kembar itu yang telah berumur ratusan tahun. " hmmm......... ini dia pohon beringin kembar itu, ..tapi dimanakah si pendekar tanpa nama itu ... tak kelihatan batang hidungnya, apakah dia sudah mengetahui kedatanganku dan takut serta bersembunyi dari aku .." ujar Raden Banterang dengan sombong.
Raden Banterang begitu penasaran, tempat itu begitu sunyi dan hanya kicauan burung dan derik serangga yang terdengar, benar-benar tempat yang cocok untuk bertapa. Sang pangeran berputar-putar disekitaran pohon beringin kembar tersebut dan mencari-cari si pendekar tanpa nama, dia begitu percaya diri sekali dapat dengan mudah mengalahkan si pendekar tanpa nama, tak lama berselang dia melihat ada sebuah gua dibalik rerimbunan pohon dan daun serta akar-akar gantung beringin kembar tersebut. Goa tersebut tepat berada dibawah batu pembatas lembah, dan didepan goa tersebut terhampar padang luas yang ditumbuhi aneka tumbuhan sayur-mayur dan buah-buahan serta hamparan padang rumput yang cukup luas dan sangat cocok untuk berlatih pencxak silat atau arena bertarung mengadu kesaktian.

Raden Banterang berdiri di tengah rerumputan, matahari pun hampir berada diatas kepala, dia kemudian berteriak :  " hai pendekar tanpa nama.....!!! keluarlah ...., berilah aku pelajaran barang satu atau dua jurus..!"
Setelah menunggu, belum terdengar ada jawaban, hanya keheningan dan suara lembah yang saling bersahutan.  Raden Banterang semakin penasaran.." hai pendekar tanpa nama, ...keluarlah segera !!!" Raden Banterang kembali mengulangi teriakannya lebih keras, tetapi tidak juga ada jawaban....  Darah mudanya bergejolak, dia mulai naik pitam dan marah dan merasa diremehkan, maka sang pangeran bersiap kembali mengeluarkan teriakan keras disertai tenaga dalam, dan karena begitu keras dan kencangnya teriakan sang pangeran sampai-sampai daun-daun berguguran terkena getaran tenaga dalam sang pangeran " Hai... Pendekar Tanpa Nama ...! Keluarlah....!!!!!!!...  Sesaat kemudian tiba-tiba melesat bayangan hitam dari dalam goa. Raden Banterang terkejut bukan kepalang karena tiba-tiba tepat dihadapannya telah berdiri sesosok pria dengan tubuh yang kurus dan tinggi.
" Kisanak ... jadi engkaulah yang disebut kebanyakan orang si pendekar tanpa nama ?" tanya sang pangeran dalam keadaan masih terkejut....  Orang yang berdiri dihadapan Raden Banterang bertubuh tinggi, kurus dan berpakaian serba hitam, dari rupa pakaiannya sang pangeran sudah menduga bahwa orang ini bukan penduduk Blambangan. Rambutnya sudah hampir memutih semua, meski usianya sudah tergolong tua, tapi si pendekar ini terlihat bersih dan rapi.   
" Andika siapa ?" tanya pendekar tanpa nama.
" aku Raden Banterang, putra mahkota kerajaan Blambangan..."
" lalu apa maksud kedatangan tuan kemari ?"
" aku ingin kita bertempur mengadu kepandaian, aku ingin tahu dan menjajal kesaktianmu...."
" Raden keliru.... , saya hanyalah pengembara asing yang singgah di tempat ini, saya tidak mempunyai kepandaian apa-apa.."
"jangan banyak bicara, kau sudah mempermalukan senopati Ki Bantaran, sekarang kau harus menerima tantanganku !!!"
" ..raden... saya tidak mempunyai kesaktian apa-apa, lebih baik kita berbincang-bincang di dalam goa, nanti saya carikan kelinci atau kijang untuk makanan kita...."
Raden Banterang menarik nafas dalam-dalam, jauh-jauh dia datang ketempat sunyi ini untuk mengadu kesaktian, malahan diajak ngobrol-ngobrol di dalam goa... ini sungguh suatu penghinaan, Raden Banterang marah sekali merasa di remehkan.
" kau terlalu melecehkan dan menghina aku ...!!!"
" lho..? saya tidak mengundang raden datang ke tempat ini, dan saya menghormati raden dan mengajak raden berbincang-bincang di dalam goa dan saya akan siapkan minuman dan makanan... bagaimana bisa raden bilang saya meremehkan raden ?"
" aku datang kesini untuk bertanding, bukan mau makan dan minum...!"
" apa yang raden inginkan ?... bukankah pertempuran akan hanya membuat raden terluka dan mungkin mati konyol...., kan lebih baik kita berbincang bertukar pengalaman dan ilmu sambil makan kijang panggang dan minum tuak nira yang manis...."
" aaaahhhhh jangan banyak bicara !!!!!" 
Tiba-tiba Raden Banterang mengeluarkan pukulan tenaga dalam yang cepat dan keras ke tubuh si pendekar tanpa nama, dan bagaikan selembar daun yang kering, si pendekar tanpa nama terdorong kebelakang dengan ringannya, tapi anehnya posisinya masih tetap tegap berdiri diatas kaki kurusnya yang sudah keriput.
" hmmm tenaga dalammu lumayan juga pangeran .." ujar si pendekar sambil tersenyum. Raden Banterang terbelalak matanya, dia berpikir, biasanya pendekar setingkat Ki Bantaran pasti sudah muntah darah dan sempoyangan kena hantamannya, tetapi si pendekar tanpa nama ini, hanya terdorong beberapa meter dan tersenyum pula. Kembali Raden Banterang menyerang dengan sekuat tenaga dan dengan segenap kesaktiannya dia keluarkan, menendang, memukul bergantian dia arahkan ke tubuh si pendekar tanpa nama, akan tetapi si pendekar tanpa nama hanya berkelat-kelit mengindari pukulan dan tendangan sang pangeran dengan mudahnya.....
Selang beberapa saat, Raden BAnterang pun mundur sejenak, mengatur strategi dan nafasnya sambil bergumam " hahhh... ternyata benar pendekar ini sungguh sakti dan berilmu tinggi, tak satupun pukulan dan tendanganku yang dapat mengenai tubuhnya....." .... " hmmm sudahlah raden, kau sudah terlihat lelah dan tak satupun pukulanmu yang dapat menyentuh kulit tuaku ini, lebih baik urungkan saja niat raden untuk bertarung, kijang panggang dan tuak nira lebih enak kita nikmati berdua..." si pendekat tanpa berkata seolah-olah dia sudah dapat mengukur kemampuan dan kesaktian Raden Banterang yang bukan lawan yang sepadan dengannya. Tapi Raden Banterang tambah merasa dipermalukan dan kesombongannya mengalahkan pikiran dan hati nuraninya yang sebenarnya sudah mengakui kekalahannya dari si pendekar tanpa nama.
" Siapakah dirimu sebenarnya kisanak ?
" aahhh raden.. saya bukan siapa-siapa, saya hanya pengembara biasa-biasa saja."
" bergabunglah bersama aku menjadi mahapatih kerajaan Blambangan" bujuk Raden Banterang...
"Hahhahahahhahahah... Raden mau kemanakan Patih Ragajampi, jika Raden mengangkat aku menjadi Mahapatih ?"
" kau lebih pantas menjadi mahapatihku..."
" maaf raden, saya tidak tertarik, saya lebih menyukai hidup bebas sebagi pengembara, dan saya sebenarnya menyukai tempat ini, tetapi rimba persilatan dan raden  sudah mengetahui keberadaan saya, maka sebentar lagi saya akan pergi dari tempat ini dan mencari tempat yang lebih tenang dan sunyi untuk saya diami."
" aku putra mahkota kerajaan Blambangan, tidak ada seorangpun yang berani menolak ajakanku, kau menolak berarti aku harus mati ....!!!!
" Raden jangan terlalu memaksakan kehendak, hidup dan mati ditangan Tuhan Yang Maha Kuasa, saya tidak ingin hidup di keramaian dan gila hormat serta kedudukan, saya hanya ingin kesunyian dan kedamaian, tapi mengapa orang-orang seperti tuan selalu mengganggu ketenangan saya...?"
" kau berada di tanah Blambangan, artinya kau harus tunduk dan patuh atas aturan kerajaan Blambangan dan mengabdi kepada kerajaan Blambangan"
" apa ? Mengabdi ?"... kepada siapa dan untuk apa?"
" kepada kerajaan Blambangan dan Untuk kejayaan kerajaan Blambangan"
" lalu raden akan memerimtahkan saya menjarah negeri-negeri lain, seperti kerajaan Klungkung di pulau dewata ?"
" yahhh... itu salah satu cara untuk membesarkan kerajaan Blambangan"
" maaf raden sekali lagi saya mohon maaf dan tidak tertarik, bagi saya PERANG HANYA AKAN MENYENGSARAKAN RAKYAT SAJA, apapun alasan untuk PERANG saya tidak setuju... mohon pengertiannnya raden..."
" sekarang hanya dua pilihanmu... mengabdi menjadi mahapatih kerajaan Blambangan atau kau harus mati di tanah Blambangan ini !!!!" hardik Raden Banterang, tanpa menyadai lagi bahwa lawan yang dihadapinya bukanlah tandingannya.
" baikalah raden, saya akan pergi dari tanah Blambangan ini"
Tetapi Raden Banterang malahan mengambil kerisnya dan menghunuskannya ke arah tubuh si pendekar tanpa nama. tapi dengan santainya sang pendekar tanpa nama, hanya berkelit sedikit saja menghindari kibasan keris Raden Banterang dan sambil tangan kirinya menampar tubuh Raden Banterang " Plak...."  tubuh Raden Banterangpun terjerembab ke padang rumput beberapa meteran.... Raden Banterang coba bangkit berdiri, akan tetapi tubuhnya terasa kaku dan kedinginan terkena tamparan jurus sakti inti salju "Jaladha Meru" dari si pendekar tanpa nama... Raden Banterangpun mengeluarkan hawa panas tubuhnya dengan ilmu kesaktian "Candradimuka" tetapi tubuhnya tetap kaku dan kedinginan.... " sudahlah raden, berhentilah... tidak ada lagi gunanya"... tapi dengan sisa tenaga dan kesombongannya, Raden Banterang mengeluarkan jurus pamungkasnya "Bayu Angin" berusaha menjatuhkan si pendekar tanpa nama, angin api yang keluar dari telapak tangan Raden Banterang menyelimuti tubuh si pendekar tanpa nama, tetapi si pendekar hanya tertawa-tawa seolah-olah tidak merasakan panas sedikitpun... kemudian " terima pelajaran dariku" ucap si pendekar tanpa nama, sejenak pukulan "Jaladha Meru" yang kuat menerpa kembali tubuh Raden Banterang dan sang Raden pun jatuh tersungkur , dadanya seperti dipukul palu godam yang keras sekali dan tak ayal darah segar keluar dari mulut dan hidung sang Raden.....tak lama Raden Banterang pun... pingsan tak sadarkan diri.

Selang beberap saat, Raden Banterang pun tersadar, dia mendapati dirinya ada di mulut goa, tubuuhnya sudah segar dan tidak ada sedikitpun rasa sakit akibat pukulan si pendekar tanpa nama.... kemudian ia bangkit berdiri dan mencari-cari dengan matanya yang masih saya " kisanak...dimakah kau ?" tetapi tak ada jawaban..... lalu ditengah kebingungannya, dia melihat ada guratan tulisan di batu goa tersebut, lalu Raden Banterang pun membacanya ...
" Raden Banterang.... Saya sudah pergi dari tempat ini untuk menghindari pertarungan-pertarungan yang hanya akan saling menyakiti, Raden tak sadarkan diri sehari semalam, aku sudah mengobati luka dalam Raden, dan aku memberikan tenaga dalam Hawa Sakti ke tubuh Raden. Pulanglah Raden.... hentikan kebiasaan Raden untuk menantang para pendekar, uruslah Ayahandamu yang sudah tua... DIATAS LANGIT MASIH ADA LANGIT .. jangan sombong dan takabur dengan sedikit kesaktian yang Raden miliki, lebih baik Raden segera berumah tangga dan pelajarilah ilmu tentang kehidupan yang lebih berguna untuk rakyatmu, sehingga negeri Blambangan akan menjadi lebih makmur sentosa "
Raden Banterang pun termenung sejenak dan menyadari kekhilafannya, dia pandangi kudanyanya yang masih asik memakan rumput dipadang luas dan hijau, dia pun menjentikkan jarinya dan kuda itupun menghampirinya, Raden Banterangpun bergegas meninggalkan Lembah Temu Guru, di lembah ini dia mendapatkan pelajaran terbaik dalam hidupnya, bahwa " seseorang yang mempunyai kepandaian tinggi tidaklah harus sombong dan menggembar-gemborkan serta memamerkannya, sebab diatas orang pandai ada orang pandai yang lebih tinggi, diatas langit, masih ada langit yang lebih tinggi......

Nahhh teman-teman sekian dulu yah ceritanya Raden Banterang Episode-3 : Lembah Temu Guru, natikan lanjutan ceritanya.

EPISODE RADEN BANTERANG - ASAL MULA KOTA BANYUWANGI :
  1. Serbuan Ke Pulau Dewata.
  2. Pertempuran di Klungkung.
  3. Lembah Temu Guru.
  4. Awal Pertemuan.
  5. Di Balik Nama Dewi Surati.
  6. Termakan Hasutan.
  7. Kesetiaan Seorang Istri. 

Show Comments: OR

0 komentar:

Post a Comment

Teman-Teman yang berkunjung pasti komentarnya juga baik. karena kita semua manusia baik-baik. Oleh karena itu Nicole bilang Salam Komen terbaik kepada semua.
Kalau Mau Contact Nicole di :
Em@il : ieliencang@gmail.com
Phone & SMS : +6287760129111
T E R I M A K A S I H - MATUR SUKME - THANK YOU

ARTIKEL & CERITA DAN KISAH LEGENDA RAKYAT TERBARU

ARTIKEL & CERITA DAN KISAH LEGENDA RAKYAT POPULER

ADHI MEKAR INDONESIA "AMI SCHOOL" DENPASAR BARAT, BALI

 
  • AGATHA NICOLE © 2017 | Modified By YURI | Powered By BLOGGER | KEDAI LOMBOK