Pada umumnya, pertandingan sepak bola dilakukan oleh manusia. Namun, apa jadinya jika yang bertanding sepak bola itu adalah binatang “ Di daerah Sulawesi Selatan, Indonesia, ada sebuah kisah rakyat yang mengisahkan tentang pertandingan sepak bola antar binatang, kisah rakyat ini dikisahkan agar lebih mudah dan disukai serta diserap pesan moralnya oleh masyarakat, karena sepak bola adalah salah satu olah raga yang paling disukai oleh masyarakat Sulawesi Selatan umumnya dan masyarakat Indonesia khususnya, sayangnya untuk urusan pencapaian dan prestasi masih sangat tertinggal jauh dari negara-negara lain karena tidak konsisten dan emosional serta mudahnya kita terprovokasi hal-hal yang merugikan.
∞∞∞
Dikisahkan, di sebuah daerah di Sulawasi Selatan, ada sebuah padang rumput yang terbentang luas yang menjadi tempat berbagai jenis binatang seperti sapi, kerbau, gajah, keledai, kijang, dan lain sebagainya untuk merumput.
Pada suatu hari, gerombolan sapi dan kerbau bertemu di padang rumput tersebut. Kebetulan mereka datang bersamaan dan hendak merumput di bagian padang rumput yang hijau dan subur. Mereka bergerombol dan saling berebut untuk menguasai di tempat itu.
- “Hei, Sapi! Rumput ini bagian kami. Kalian pindah ke tempat lain!” seru seekor kerbau.
- “Tidak! Kami juga berhak makan di sini. Lagi pula kita datang bersamaan,” jawab seekor sapi.
Oleh karena tidak ada yang mau mengalah, akhirnya mereka saling dorong dan akhirnya terjadilah perkelahian. Para binatang lainnya yang juga merumput di padang itu bersorak-sorai memberi semangat. Maka makin serulah perkelahian antara gerombolan sapi dan kerbau. Perkelahian tersebut tampak seimbang. Mereka saling tanduk dan saling dorong dengan sekuat tenaga. Sesekali gerombolan sapi itu mengeluarkan bunyi lenguh yang sangat keras.
“Mooohhhh......!!!”
Hingga siang hari, perkelahian tersebut masih berlangsung dan belum ada yang kalah atau pun menang. Tidak lama kemudian, Singa sang Raja Hutan, tiba-tiba muncul dari balik semak belukar di pinggir padang rumput. Melihat perkelahian itu, ia pun segera mengaung.
- “Auuunngggg.........!!!”
- “Hei, hentikan perkelahian itu!” seru sang Singa dengan marah.
Mendengar seruan itu, gerombolan sapi dan kerbau itu pun berhenti berkelahi. Para binatang lain yang menjadi penonton pun berhenti bersorak-sorai. Semuanya menundukkan kepala dan tidak berani bergerak sedikit pun, karena takut kepada sang Raja Hutan.
“Berkelahi lagi, berkelahi lagi...! Hampir setiap hari terjadi perkelahian di tempat ini. Kemarin rusa dengan kambing berkelahi karena rumput. Dua hari yang lalu keledai dan kuda juga berkelahi memperebutkan rumput. Sekarang kerbau dan sapi juga berkelahi. Semuanya gara-gara rumput,” kata sang Raja Hutan.
Oleh karena tidak ingin kembali terjadi pertikaian, Sang Raja Hutan menyuruh semua binatang untuk berkumpul di tengah padang rumput.
- “Dengarkan kalian semua! Aku tidak ingin melihat lagi ada perkelahian di antara kalian. Untuk itu, aku ingin mengusulkan bagaimana kalau diadakan pertandingan sepak bola untuk membina persahabatan di antara penghuni hutan ini”“ usul sang Raja Hutan.
- “Setujuuu....!” teriak seluruh binatang yang hadir di tempat itu.
Mereka menyambut gembira usulan itu, karena di samping dapat membina persahabatan juga menjadi hiburan bagi mereka, baik sebagai peserta maupun penonton. Mereka yang ingin mengikuti pertandingan itu segera mendaftarkan timnya. Tim yang paling pertama mendaftar adalah kerbau, kemudian menyusul sapi, gajah, keledai, kuda, kambing, domba, dan seterusnya. Sedangkan sang Raja Hutan hanya berperan sebagai wasit, karena jika timnya ikut dalam pertandingan tersebut, pasti binatang lain akan segan kepadanya.
Keesokan harinya, pertandingan sepak bola antarbinatang itu pun dimulai. Pada pertandingan hari pertama, tim kambing berhadapan dengan tim domba. Kedua tim itu tampak bersiap-siap menempati posisi masing-masing. Sementara binatang lainnya yang menjadi penonton telah memenuhi pinggir lapangan. Mereka sudah tidak sabar lagi ingin menyaksikan pertandingan seru itu.
“Ayo...! Ayo..., kalian bisa...!” terdengar suara penonton memberi semangat kepada tim kesayangan mereka.
Setelah kedua tim bersiap, sang Wasit pun meniup peluitnya sebagai tanda pertandingan dimulai. Pertandingan itu pun berlansung seru dan menarik. Terkadang pula menimbulkan kelucuan, sehingga mengundang tawa para penonton. Pada pertandingan itu tim kambing menang 2 : 1 atas tim domba.
Pertandingan berikutnya dilanjutkan keesokan harinya dan seterusnya. Setelah pertandingan berlansung beberapa hari, maka tinggallah empat tim yang berhasil masuk ke babak semifinal, yaitu tim kuda, gajah, kerbau, dan sapi. Pada semifinal pertama, tim kuda berhadapan dengan tim sapi. Pada pertandingan itu, tim kuda tampil kurang bersemangat, karena sehari sebelumnya, raja mereka meninggal dunia dimakan usia. Akhirnya, pertandingan itu dimenangkan oleh tim sapi dan berhasil masuk ke babak final.
Keesokan harinya, semifinal kedua, tim gajah berhadapan dengan tim kerbau. Sesaat sebelum pertandingan dimulai, tiba-tiba turun hujan deras sehingga lapangan padang rumput tergenang air. Melihat kondisi itu, tim gajah menolak untuk bertanding hari itu. Namun, tim kerbau merasa keberatan jika pertandingan itu ditunda. Oleh karena kedua tim tidak ada yang mau mengalah, akhirnya terjadilah pertengkaran. Melihat keadaan itu, sang Wasit pun segera turun tangan.
“Untuk tidak mengecewakan para penonton yang sudah berdatangan ingin menyaksikan permainan kalian, maka pertandingan semifinal kedua ini harus dilangsungkan hari ini juga, walaupun lapangan banjir,” tegas sang Wasit.
Oleh karena sudah merupakan keputusan wasit yang tidak dapat diganggu gugat, maka pertandingan antara tim gajah dan kerbau harus dilangsungkan pada hari itu juga. Akibatnya, tim gajah selalu mendapat serangan bertubi-tubi dari tim kerbau. Tim gajah tidak dapat bergerak dan berlari, karena lapangan becek dan licin. Beberapa kali tim gajah terjatuh dan terjungkal di lapangan, sehingga menjadi sebuah tontonan yang lucu dan menarik.
Sementara itu, tim kerbau dengan leluasa bergerak dan berlari kesana kemari sambil menggiring bola, karena mereka sudah terbiasa bermain-main dan mandi di kubangan yang becek dan banjir. Sudah dapat dipastikan sebelumnya bahwa pertandingan itu dimenangkan oleh tim kerbau. Tim kerbau menang dengan skor 3 : 0 atas tim gajah. Akhirnya di babak final, tim kerbau bertemu dengan musuh bebuyutannya, yakni tim sapi yang sudah masuk babak final terlebih dahulu.
Sebelum para pemain dan penonton bubar, wasit mengumumkan bahwa jadwal pertandingan babak final akan dilangsungkan dua hari lagi.
- “Saya sengaja menunda jadwal pertandingan babak final ini sampai dua hari lagi untuk memberi waktu para pemain untuk beristirahat, agar kedua tim tersebut dapat tampil lebih baik dan menarik, sehingga para penonton dapat terhibur,” kata sang Wasit.
- “Kami juga setuju jika pertandingan ini ditunda. Kami harus memulihkan tenaga terlebih dahulu,” kata kapten kesebelasan tim sapi.
- “Kami juga setuju,” sahut kapten kesebelsan tim kerbau.
Setelah itu, para penonton dan pemain membubarkan diri. Kedua tim yang akan bertanding di babak final beristirahat selama dua hari untuk memulihkan tenaga. Di samping itu, kedua tim juga sedang mempersiapkan dan menyusun strategi masing-masing.
Tidak terasa, hari yang ditunggu-tunggu pun tiba, yakni pertandingan babak final antara tim kesebelasan kerbau berhadapan dengan tim kesebelasan sapi. Para penonton telah memadati pinggir lapangan ingin menyaksikan pertandingan seru itu. Berbeda dengan hari-hari sebelumnya, hari itu cuaca sangat panas. Oleh karena itu, kedua tim tersebut membuka baju masing-masing. Mereka pun bertanding tanpa pakaian. Sorak-sorai penonton pun semakin ramai.
Tidak berapa lama, wasit pun meniup peluit sebagai tanda pertandingan babak final dimulai.
Pertandingan itu berlansung seru dan menarik. Kedua tim saling memperlihatkan ketangkasan mereka menendang dan menggiring bola dengan teknik yang tinggi. Kedua tim silih berganti menyerang. Sudah beberapa menit pertandingan berlangsung, namun belum ada tim yang mencetak gol ke gawang tim lawan. Makin lama, permainan pun tampak keras. Mereka saling ganjal-mengganjal jika tim lawan membawa bola.
Di tengah pertandingan itu berlansung, tiba-tiba cuaca menjadi mendung. Tak lama kemudian, turun hujan lebat disertai dengan angin kencang. Butiran-butiran air hujan yang turun dari langit sebesar batu-batu kerikil. Jika tertimpa air hujan itu, akan terasa sakit dan menusuk. Para penonton mulai panik. Mereka berlarian kesana-kemari mencari tempat berteduh untuk menghindari air hujan.
Para pemain pun sudah tidak mendengar lagi komando dari wasit. Kedua tim berlarian menuju ke tempat penyimpanan pakaian. Pada saat itu, tim kerbau yang pertama kali berlari salah alamat, karena dilanda kepanikan dan kesakitan terkena hujan. Mereka berlari ke tempat penyimpanan pakaian tim sapi, lalu memakai pakaian sapi tersebut. Setelah itu, mereka berlari berpencar entah ke mana.
Sementara tim sapi yang datang terlambat, terpaksa memakai pakaian tim kerbau yang tertinggal, lalu berlari berpencar untuk mencari tempat berteduh. Sejak kejadian itu, pakaian (kulit) sapi terlihat lebih longgar atau kebesaran, karena memakai pakaian kerbau. Demikian sebaliknya, pakaian (kulit) kerbau terlihat kesempitan atau kekecilan, karena memakai pakaian sapi. Itulah sebabnya, di punggung sapi terdapat bagian yang cekung (berongga) dan di bagian leher bawahnya bergelambir, sedangkan pada kerbau tidak demikian.
*****
Demikian kisah SEPAK BOLA BINaTANG dari daerah Sulawesi Selatan, Indonesia. Kisah ini termasuk ke dalam kategori fabel (kisah binatang) yang mengandung pesan-pesan moral yang dapat dijadikan pedoman dalam kehidupan sehari-hari. Salah satunya adalah tidak adanya sifat tenggang rasa antara sesama.
Sifat ini digambarkan oleh sikap dan perilaku para binatang yang saling berebut makanan enak dan tidak ada yang mau mengalah. Akibatnya, terjadilah pertengkaran dan perkelahian di antara mereka.
Pelajaran lain yang dapat dipetik dari kisah di atas adalah bahwa kepanikan dapat mengakibatkan kerugian pada diri sendiri maupun kepada orang lain, sebagaimana ditunjukkan tim kerbau yang karena panik, sehingga mengambil pakaian sapi. Akibatnya, kerbau kesempitan memakai pakaian sapi, dan sebaliknya sapi kelonggaran memakai pakaian kerbau.
Agatha Nicole Tjang – Ie Lien Tjang © http://agathanicole.blogspot.co.id
BERSAHABAT DENGAN AGATHA NICOLE TJANG - IE LIEN TJANG