Suatu hari Beungong Peukun tidak mendapat seekor udang pun. Saat hendak pulang, dia melihat sebuah benda yang menarik hatinya. Ternyata benda itu sebutir telur.
Sesampainya
di rumah, direbusnya telur tadi dan dimakannya. Sungguh aneh, keesokan harinya Beungong
Peukeun merasa sangat haus. Bukan hanya itu, tubuhnya pun
semakin panjang dan bersisik.
Akhirnya, suatu pagi saat bangun dari tidurnya Beungong
Peukun telah berubah menjadi seekor naga.
- “Mengapa Kakak memakan telur itu? Kini kau menjadi seekor naga,” kata Beungong Meulu dengan terisak menyesali perbuatan kakaknya. Keesokan harinya Beungong Peukeun mengajak adiknya meninggalkan gubuk mereka. Sebelum berangkat, Beungong Peukeun menyuruh adiknya me metik tiga kuntum bunga di belakang gubuk mereka.
- “Ayo, naiklah ke punggungku dan peganglah bunga itu erat-erat, jangan sampai jatuh,” perintah Beungong Peukeun.
Saat melewati
sungai besar, Beungong Peukeun meminum airnya hingga
habis. Tiba-tiba muncul seekor naga yang marah
karena perbuatan Beungong Peukeun tersebut.
Keduanya bertarung sengit. Saat Beungong Peukuen memenangkan pertarungan tersebut
sekuntum bunga di tangan Beungong Meulu menjadi layu.
Mereka pun
melanjutkan perjalanan. Di tengah perjalanan mereka kembali dihadang seekor
naga yang besar. Kembali terjadi pertarungan. Tiba-tiba sekuntum
bu nga di tangan Beungong Meulu menjadi layu.
Tahulah dia bahwa sebentar lagi pertarungan akan
dimenangkan Beungong Peukeun.
Setelah
menang bertarung, kakak-beradik itu kembali melanjutkan perjalanan menyeberangi lautan.
Rupanya di tengah perjalanan menyeberangi lautan tersebut,
Beungong Peukeun kembali diserang seekor naga.
Kali ini naga yang sangat besar. Saat bunga di tangan Beungong Meulu tak kunjung
layu, dia mulai khawatir.
Beungong
Meulu semakin khawatir ketika Beungong Peukeun tampak mulai kewalahan
menghadapi serangan sang Naga. Saat mengetahui dirinya akan kalah, Beungong
Peukeun melemparkan adiknya dari punggungnya. Akhirnya Beungong Peukeun terbunuh
oleh serangan naga yang sangat besar itu. Sementara itu, Beungong Meulu
terlempar dan tersangkut di sebuah pohon milik seorang saudagar
kaya yang kemudian menikahinya.
Namun sayang,
selama menjadi istri saudagar kaya tersebut, Beungong Meulu tak pernah bicara ataupun
tersenyum. Dia selalu diam dan tampak sedih. Bahkan sampai mereka
mempunyai seorang anak. Suaminya mencari akal untuk mengetahui
penyebab kesedihan istrinya itu. Maka suatu hari suaminya
berpura-pura mati sehingga anaknya
menangis tersedu-sedu.
“O Anakku, ibu tahu bagaimana sedihnya hati bila ditinggal orang yang kita cintai. Ibu dulu kehilangan kakak ibu yang terbunuh oleh seekor naga di lautan. Bahkan hingga kini ibu tidak dapat menghilangkan rasa sedih itu.” Mendengar pengakuan Beungong Meulu tersebut suaminya kemudian bangun. Akhirnya, dia mengetahui penyebab kesedihan Beungong Meulu.
Keesokan harinya
dia mengajak Beungong Meulu pergi ke lautan, di mana
dulu Beungong Peukeun bertarung melawan naga raksasa. Saat
sampai di pantai, Beungong Me ulu dan suaminya melihat
tulang-tulang berserakan.
Beungong Meulu yakin bahwa itu tulang-tulang kakaknya. Maka, dikumpulkannya
tulang-tulang tersebut kemudian sua minya membaca
doa sambil memercikkan air bunga pada tulang-tulang
tersebut.
Atas perkenan
Tuhan, tiba-tiba terjadi keajaiban. Beungong Peukeun menjelma dan berdiri di
hadapan mereka. Sejak saat itu Beungong Peuken tinggal bersama adiknya dan Beungong Meulu
tidak lagi membisu.
Suatu hari,
Beungong Peukun berjalan-jalan di tepi pantai. Saat itu
dia melihat seekor ikan raksasa berwarna kemerahan. Dihujamkannya sebilah
pedang ke tubuh ikan tersebut kemudian dicongkelnya mata ikan tersebut. Karena
terlalu keras, mata ikan tersebut terpelanting jauh hingga jatuh di halaman
seorang penguasa di sebuah negeri. Mata ikan tersebut kemudian berubah menjadi
gunung.
Sang penguasa
merasa gelisah dengan adanya gunung di halamannya. Ia kemudian mengadakan sebuah
sayembara. Barang siapa dapat memindahkan gunung
tersebut dari halaman rumahnya, dia akan
dijadikan penguasa di negeri itu dan dinikahkan dengan anaknya.
Beungong
Peukeun yang mendengar sayembara tersebut segera berangkat ke sana. Begitu tiba
di tempat yang dimaksud, dia segera mencongkel gunung
tersebut dengan pedang saktinya. Dalam sekejap, gunung
tersebut dapat dilemparkannya jauh-jauh.
Sang penguasa
menepati janjinya. Beungong Peukeun diberi kekuasaan memerintah negeri
tersebut dan dinikahkan dengan putri penguasa., dan dua
saudara ini akhirnya hidup bahagia.